Subscribe di sini

Sunday, 31 January 2016

Pengertian Protoplasma


Pengertian Protoplasma
Protoplasma berasal dari bahasa latin (proto artinya pertama dan plasma artinya substansi). Jadi protoplasma mengandung pengertian substansi dasar kehidupan yang terdapat pada semua sel makhluk hidup. Adapun pengertian protoplasma menurut para ahli yaitu :
1.      Johannes Purkinje ( 1787-1869)
Seorang ahli fisiologi Biokimia menggunakan istilah protoplasma ( protos : pertama ; plasma : cairan ) bagi substansia yang menyerupai gelatin ( 1840 ), meskipun arti dari istilah tersebut mungkin agak berbeda dengan artinya pada penggunaan selanjutnya.
2.      Felix Dujardin (1801-1860), seorang ahli zoologi perancis mengamati adanya material yang menyerupai gelatin didalam sel-sel binatang (1835) dan menggunakan istilah sarcode ( Sarx : daging ) bagi material tersebut. Substansia ini kemudian juga dijumpai pada sel-sel tumbuhan hidup.
3.      Hugo Von Mohl (1805-1872)
Seorang ahli Botani dari Jerman, menemukan bahwa sel-sel tumbuh-tumbuhan tersusun dari substansia hidup (1846) dan menggunakan istilah protoplasma bagi substansia tadi, yang sampai saat ini masih kita ikuti.
4.      Max Schultze (1825-1874)
Seorang ahli Sitologi Jerman, mengumumkan ‘Teori Protoplasma’ (1861) yang menyatakan bahwa protoplasma yang menyerupai gelatin yang dinyatakan sebagai ‘substansia hidup’ pada tumbuh-tumbuhan dan hewan adalah sama, dan ia menyimpulkan bahwa sel adalah suatu akumulasi dari substansia hidup atau protoplasma yang mempunyai batas-batas tertentu dan mempunyai suatu membran sel dan nukleus, atau dengan perkataan lain sel adalah suatu massa protoplasma bernukleus yang merupakan satuan fisiologis dan morfologis.
5.      Thomas H. Huxley (1825-1895)
Seorang ahli Biologi Inggris, menyatakan Protoplasma sebagai ‘dasar fisik dari kehidupan’ (1868).
B.     Sifat-sifat Sitoplasma
Ada beberapa teori mengenai sifat-sifat fisik protoplasma. Sifat - sifat protoplasma terdiri atas dua macam, yaitu sifat kimia dan sifat fisika. Sifat kimia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu unsur makro (C,H,O,N,S,P,K,Ca) unsur mikro (Fe, Mg, Zn, F, Cu) dan unsur tambahan (Co, Al, Mn, Si, B, Mo), serta senyawa - senyawa kompleks (karbohidrat, potein, lemak, vitamin, air, mineral). Sifat fisika protoplasma antara lain koloid, siklosis, gerak brown, elektroforesis, efek tyndall, tegangan permukaan tinggi dan adsobsi.
1.      Sifat Protoplasma Tak Tersaring.
Pada sistem koloid partikel-partikelnya cukup besar, akan tetapi molekul-molekulnya masih tetap melayang-layang diantara molekul air. Bila molekul-molekulnya (partikel) dilihat dengan bantuan mikroskop bias tidak tampak, aka tetapi bila dilihat dengan menggunakan mikroskop electron partikelnya tampak. Ukuran partikel pada system koloid antara 0,001 mikron sampai dengan 0,1 mikron. Partikel koloid bila disaring dengan kertas saring biasa partiklnya akan lewat akan eapi partikel koloid tidak dapat melewati membrane plasma. Koloid pada protoplasma dapat berupa fase sol dan fase gel.
2.      Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
3.      Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak brown). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
4.      Viskositas
Tegangan permukaan (viskositas), disebabkan oleh tertariknya molekul-molekul pada permukaan oleh molekul-molekul dibawahnya yang bergerak bebas dengan kekuatan pada setiap arah yang sama. Akibat tarikan tersebut molekul permukaan menjadi terikat sehingga terjadi tegangan yang disebut tegangan permukaan.
5.      Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Koagolasi pada koloid terjadi karena tidak stabilnya system koloid. System koloid disebut stabil (koloid stabil) jika system koloid bermuatan negative dan positif. Jika siste koloid dinetralkan muatannya maka system koloid tersebut tidak stabil sehingga terkoagulasi (menggumpal). Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.


Beberapa sifat-sifat fisika pada protoplasma diantranya:
1.      Bila protoplasma yang merupakan sistem koloid ini disinari dengan sinar lampu listrik pada suatu ruang yang gelap akan memberi efek Tyndall.
2.      Molekul-molekul (partikel) pada sistem koloid protoplasma bergerak secara zig-zag (gerak Brown (1872)). Gerak Brown pada protoplasma kecepatannya tergantung pada besarnya partikel dan suhu protoplasma.
3.      Gerak siklosis (cyclosis) dan amoeboid. Oleh karena matrik sitoplasma dapat bersifat agak kental maka pada matrik sitoplasma ada gerakan. Gerakan di dalam matrik sitoplasma ini disebut gerakan siklosis (terjadi pada saat matrik dalam fase sol dan terjadinya gerakan ini karena pengaruh tekanan hidrostatik, suhu, pH dan viskositas. Bergeraknya kromosom, sentriol, mitokondria, lisosom, dsb disebabkan gerakan sikolsis. Gerakan amoeboid terbentuk pada gerak siklosis. Gerak amoeboid terjadi pada protozoa, leukosit, dsb. Pada gerakan amoeboid, terjadi perubahan bentuk sel. Penonjolan sitoplasma ini disebut pseudopodia.
4.      Matriks sitoplasma yang cair memiliki tegangan permukaaan. Matriks protein dan lemak memiliki ketegangan permukaan yang kurang karenanya membentuk membran plasma, sedangkan bahan-bahan kimia misalnya garam NaCl tegangan permukaannya tinggi akibatnya NaCl menempati bagian yang lebih dalam pada matrik sitoplasma.


No comments:

Post a Comment

Kumpulan ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma

Berikut video ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma Semoga menjadi motivasi dan bermanfaat  Hukum membaca Al-Qur'an digital di hp tanpa berwu...