Subscribe di sini

Monday, 1 February 2016

ANAKES DAN ANAKON


         Kesalahan bahasa merupakan bagian yang integral dari pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun informal. Pengajaran bahasa bersifat informal biasanya terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam pergaulan. Termasuk melalui penggunaan bahasa di media massa. Sementara bersifat formal melalui sekolah. Pengajaran bahasa secara informal disebut pengajaran alamiah. Sementara yang bersifat formal disebut pengajaran secara ilmiah.
Pengajaran bahasa ilmiah disebut pemerolehan bahasa (language acquisition) sementara secara formal disebut pembelajaran bahasa (language learning). Dalam proses pembelajaran maupun pemerolehan terjadi penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua. Mereka disebut dwibahasawan. Penggunaan dua bahasa bergantian berpotensi terjadinya kekacauan pemakaian bahasa yang lebih dikenal dengan istilah interferensi. Inilah yang disebut dengan kesalahan berbahasa atau penyimpangan kaidah bahasa. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah, kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi secara sistemais dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa.
Sementara kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Kekeliruan berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak sistematis dan bersifat sementara.
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.

Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karenanya, kesalahan berbahasa bisa diklasifikasi berdasarkan tataran linguistik seperti fonologi, morfologi, kelompok kata, frasa, klausa, kalimat wacana, dan semantik.

Analisis Kontrastif

Menurut Tarigan (1992:2), sejak akhir perang Dunia II sampai pertengahan tahun 1960-an, analisis kontrastif (anakon) mendominasi dunia pengajaran bahasa kedua (B2) dan pengajaran bahasa asing.Konsep anakon sangat relevan dengan pengajaran bahasa kedua atau pengajaran bahasa asing. Karena itu setiap guru bahasa kedua atau bahasa asing perlu memahami konsep anakon tersebut. “Ini juga berlaku bagi guru bahasa Indonesia mengingat bahasa Indonesia bagi sebagian besar siswa merupakan bahasa kedua, walaupun bahasa Indonesia tidak tergolong bahasa asing di Indonesia,” (Tarigan, 1997:1).
Dasar analisis kontrastif adalah ilmu jiwa tingkah laku. “Dalam ilmu jiwa tingkah laku berdasarkan psikologi behaviour itu ada dua butir penting, yakni: “a. Kebiasaan (atau habit), dan b. Kesalahan (error). Bila dikaitkan dengan pemerolehan bahasa maka kedua butir itu menjadi a. Kebiasaan berbahasa (atau language habit); dan b. Kesalahan berbahasa (atau language error).

Menurut paham teori behaviorisme, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer negatif. Yakni penggunaan sistem B1 dan ber-B2, padahal sistem itu berbeda dalam B2. Perbedaan itu itu dapat diidentifikasi melalui B1 dengan B2. Kesalahan berbahasa itu itu dapat dihilangkan dengan cara menanamkan kebiasaan ber-B2 melalui latihan, pengulangan dan penguatan (hadiah dan hukuman).
Dalam setiap pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing ada dua hal yang biasa dialami atau diperbuat siswa. Pertama siswa sering membuat kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua itu. Kedua, siswa sering membuat kesalahan berbahasa dalam proses mempelajari bahasa kedua itu. Kedua hal ini, menurut Djago Tarigan (1997) menuntut adanya perbaikan dalam pengajaran bahasa kedua.
Anakon muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Anakon adalah suatu prosedur kerja yang mempunyai empat langkah. Yakni membandingkan B1 dan B2, memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, memilih bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahasa yang tepat dalam mengefisienkan dan mengefektifkan pengajaran bahasa kedua. Atau dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal.
Landasan kerja anakon dengan demikian ada dua. Bahwa anakon berkaitan dengan linguistik dan psikologi belajar. Ini terlihat dari empat langkah prosedur kerja anakon di atas. Langkah pertama berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa. Ini menunjukkan bahwa anakon berkaitan erat dengan linguistik. Langkah kedua, ketiga dan keempat berkaitan dengan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa, pemilihan dan penyusan bahasa serta cara penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Ini membuktikan bahwa anakon berkaitan erat dengan psikologi

Dengan demikian, dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, analisis kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang dibuat siswa. Kemudian, analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk dalam kategori yang disebabkan perbedaan bahasa pertama dan kedua.

Ini disebabkan dalam analisis kontrastif dikenal ada dua hipotesis. Hipotesis kuat dan hipotesis lemah. Hipotesis pertama disebut strong form hypothesis atau hipotesis bentuk kuat. Sementara hipotesis lemah, Weak Form Hypothesis atau hipotesis bentuk lemah..

No comments:

Post a Comment

Kumpulan ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma

Berikut video ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma Semoga menjadi motivasi dan bermanfaat  Hukum membaca Al-Qur'an digital di hp tanpa berwu...