Kesalahan bahasa merupakan bagian yang integral dari pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa yang bersifat formal maupun informal. Pengajaran bahasa bersifat informal biasanya terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam pergaulan. Termasuk melalui penggunaan bahasa di media massa. Sementara bersifat formal melalui sekolah. Pengajaran bahasa secara informal disebut pengajaran alamiah. Sementara yang bersifat formal disebut pengajaran secara ilmiah.
Pengajaran
bahasa ilmiah disebut pemerolehan bahasa (language acquisition) sementara
secara formal disebut pembelajaran bahasa (language learning). Dalam proses
pembelajaran maupun pemerolehan terjadi penggunaan bahasa pertama dan bahasa
kedua. Mereka disebut dwibahasawan. Penggunaan dua bahasa bergantian berpotensi
terjadinya kekacauan pemakaian bahasa yang lebih dikenal dengan istilah
interferensi. Inilah yang disebut dengan kesalahan berbahasa atau penyimpangan
kaidah bahasa. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan
kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran
bahasa, dikenal dua istilah, kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Kesalahan
berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila
siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering
membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu
berulang dan terjadi secara sistemais dan konsisten. Hal ini berlaku umum,
artinya terjadi pada beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh
guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa.
Sementara
kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah bahasa
namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru
dalam menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual.
Kekeliruan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik, tidak
sistematis, tidak ada pola yang sama dalam kekeliruan berbahasa yang diperbuat.
Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Kekeliruan berbahasa sering
diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak
sistematis dan bersifat sementara.
Kesalahan
berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang
menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa.
Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan
keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua
istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan berbahasa dapat
terjadi dalam setiap unsur bahasa, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Karenanya, kesalahan berbahasa bisa diklasifikasi berdasarkan tataran
linguistik seperti fonologi, morfologi, kelompok kata, frasa, klausa, kalimat
wacana, dan semantik.
Analisis Kontrastif
Menurut
Tarigan (1992:2), sejak akhir perang Dunia II sampai pertengahan tahun 1960-an,
analisis kontrastif (anakon) mendominasi dunia pengajaran bahasa kedua (B2) dan
pengajaran bahasa asing.Konsep anakon sangat relevan dengan pengajaran bahasa
kedua atau pengajaran bahasa asing. Karena itu setiap guru bahasa kedua atau
bahasa asing perlu memahami konsep anakon tersebut. “Ini juga berlaku bagi guru
bahasa Indonesia mengingat bahasa Indonesia bagi sebagian besar siswa merupakan
bahasa kedua, walaupun bahasa Indonesia tidak tergolong bahasa asing di
Indonesia,” (Tarigan, 1997:1).
Dasar
analisis kontrastif adalah ilmu jiwa tingkah laku. “Dalam ilmu jiwa tingkah
laku berdasarkan psikologi behaviour itu ada dua butir penting, yakni: “a.
Kebiasaan (atau habit), dan b. Kesalahan (error). Bila dikaitkan dengan
pemerolehan bahasa maka kedua butir itu menjadi a. Kebiasaan berbahasa (atau
language habit); dan b. Kesalahan berbahasa (atau language error).
Menurut paham teori behaviorisme, kesalahan berbahasa terjadi karena transfer
negatif. Yakni penggunaan sistem B1 dan ber-B2, padahal sistem itu berbeda
dalam B2. Perbedaan itu itu dapat diidentifikasi melalui B1 dengan B2.
Kesalahan berbahasa itu itu dapat dihilangkan dengan cara menanamkan kebiasaan
ber-B2 melalui latihan, pengulangan dan penguatan (hadiah dan hukuman).
Dalam
setiap pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing ada dua hal yang biasa dialami
atau diperbuat siswa. Pertama siswa sering membuat kesalahan dalam mempelajari
bahasa kedua itu. Kedua, siswa sering membuat kesalahan berbahasa dalam proses
mempelajari bahasa kedua itu. Kedua hal ini, menurut Djago Tarigan (1997)
menuntut adanya perbaikan dalam pengajaran bahasa kedua.
Anakon
muncul sebagai jawaban terhadap tuntutan perbaikan pengajaran bahasa kedua atau
bahasa asing. Anakon adalah suatu prosedur kerja yang mempunyai empat langkah.
Yakni membandingkan B1 dan B2, memperkirakan kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa, memilih bahan pengajaran, serta menentukan cara penyajian bahasa
yang tepat dalam mengefisienkan dan mengefektifkan pengajaran bahasa kedua. Atau
dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem
linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal.
Landasan
kerja anakon dengan demikian ada dua. Bahwa anakon berkaitan dengan linguistik
dan psikologi belajar. Ini terlihat dari empat langkah prosedur kerja anakon di
atas. Langkah pertama berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa. Ini
menunjukkan bahwa anakon berkaitan erat dengan linguistik. Langkah kedua,
ketiga dan keempat berkaitan dengan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa,
pemilihan dan penyusan bahasa serta cara penyajian bahan pengajaran bahasa kedua.
Ini membuktikan bahwa anakon berkaitan erat dengan psikologi
Dengan
demikian, dalam pemerolehan bahasa dan pengajaran bahasa, analisis kesalahan
berbahasa mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang dibuat siswa. Kemudian,
analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk dalam kategori yang
disebabkan perbedaan bahasa pertama dan kedua.
Ini disebabkan dalam analisis kontrastif dikenal ada dua hipotesis. Hipotesis
kuat dan hipotesis lemah. Hipotesis pertama disebut strong form hypothesis atau
hipotesis bentuk kuat. Sementara hipotesis lemah, Weak Form Hypothesis atau
hipotesis bentuk lemah..
No comments:
Post a Comment