BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Olahraga
sebagai salah satu model karya cipta manusia yang merupakan suatu bentuk
aktivitas fisik dengan berbagai dimensi yang kompleks. Keterkaitan antara
kegiatan berolahraga dengan keberadaan manusia adalah suatu hal yang tidak
dipisahkan. Berawal dari gerak dan bergerak manusia selanjutnya dikembangkan
menjadi perilaku yang bermakna dan memiliki tujuan tertentu. adapun bentuknya
jika dihubungkan dengan perilaku manusia, maka tujuannya akan menjadi luas dan
dalam. Hal ini karena manusia memiliki berbagai potensi dan kelebihan dibanding
dengan mahluk lain.
Oleh sebab
itu olahraga perlu semakin ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagai salah satu
cara untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolah-ragakan masyarakat. Untuk
itulah perlu ditingkatkan penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan
kegiatan berolahraga, termasuk para pendidik, pelatih dan pembina.
Karate
sebagai salah satu cabang olah raga prestasi, tak luput dari perkembangan IPTEK
Olahraga, meski belum bisa dilakukan secara menyeluruh tentang IPTEK olah raga
ini, masih banyaknya kendala yang ditemui, sebagai contoh misalnya belum
meratanya penyebaran IPTEK Olah raga baik ke tingkat Pengda Forki maupun
Perguruan, sehingga masih banyaknya metode konfensional yang masih terpaku
dengan sistem pembinaan yang tradisional bahkan sangat fanatik dengan sistem
yang ortodok .
Sistem
tradisional yang masih kental terasa adalah pada sistem latihan yang tidak
berpegang pada prinsip - prinsip dasar olah raga prestasi dengan benar. Tidak
jarang seorang pelatih ingin menambah porsi latihan anak didiknya dengan
menambah durasi latihan, tanpa memperhatikan kualitas latihan, intensitas,
skill kontrol dan lain-lain, sehingga hasil yang didapat dari latihan kurang
nyata keberhasilannya.
Untuk itu,
dalam makalah ini penulis bermaksud untuk membahas tentang analisis cabang
olahraga karate yang mecakup tentang komponen - komponen fisik yang mendukung
dalam cabang olahraga karate, gerak dominan yang dilakukan dalam olahraga
karate, otot - otot yang terlibat dalam melakukan gerakan dan juga metode
latihan yang akan diterapkan untuk meningkatkan potensi atlet dalam olahraga
tersebut.
Setiap nomor
pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya
kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis maupun secara
empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Harsono
(1988 : 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang
sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet.
Kondisi fisik
dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa dukungan
kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit terwujud.
Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka dibutuhkan beberapa
komponen kondisi fisik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Olahraga Karate?
2. Apasajakah
faktor Pengurangan Performa Atlet Karate?
3. Bagaimana
cara peningkatan spiritual atlet karate?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui
pengertian Olahraga Karate
2. Mengetahui faktor Pengurangan Performa
Atlet Karate
3. Mengetahui
cara peningkatan spiritual atlet karate
BAB II
PEMBAHASAN
I. Karate
a. Pengertian
Karate
Karate adalah
seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke
Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote”
yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang,
nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei
Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang
menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang.Karate
terdiri dari atas dua kanj, yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti ‘kosong’ dan
yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Dan jika dua kanji tersebut disatukan
maka artinya “tangan kosong”.
Di negara
Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKA.
Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal
dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF
(International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional.
Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang
bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin
atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Karate
sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1963 yang dibawa oleh para mahasiswa
Indonesia yang baru pulang dari studi di Jepang. Para mahasiswa ini kemudian
membentuk perkumpulan karate yang bernama Persatuan Olahraga Karate-Do
Indonesia (PORKI). Kini nama PORKI diganti menjadi FORKI (Federasi Olahraga
Karate-Do Indonesia).
Teknik -
teknik dasar karate terdiri dari gerakan memukul, menendang dan menangkis
dengan pusat perkenaan antara bagian tubuh dengan sasaran antara lain yaitu
kepalan tangan, sisi telapak tangan, ujung telapak kaki dan sisi telapak kaki.
Teknik dasar
karate terbagi tiga yaitu :
1.
Kihon,
yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan
menangkis. Teknik Kihon berupa tendangan dan pukulan saja (sabuk putih). Bila
telah masuk ke sabuk cokelat, diajarkan tehnik membanting dan dibanting. Dan
jika telah masuk sabuk hitam, dianggap sudah menguasai Kihon.
2.
Kata,
yaitu latihan jurus atau rangkaian dari Kihon (teknik dasar gerakan karate)
yang digabung menjadi satu. Dalam Kata diajarkan cara-cara bertarung yang baik
dan benar. Setiap gerakan dan pernapasan akan berbeda-beda dalam setiap Kata.
3.
Kumite,
yaitu latihan bertarung satu lawan satu atau sparring. Teknik kumite diajarkan
saat memasuki sabuk tingkat lanjut yaitu sabuk biru keatas.
b. Analisa Gerak
Kondisi Fisik Pendukung
Setiap nomor
pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya
kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis maupun secara
empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Harsono
(1988 : 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang
sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet.
Kondisi fisik
dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa dukungan
kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit terwujud.
Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka dibutuhkan beberapa
komponen kondisi fisik.
II. Faktor Pengurangan Performa Atlet Karate
Melakukan kegiatan olahraga, baik itu yang hanya berupa permainan dengan
teman-teman hingga menjadi seorang atlet profesional akan memberikan banyak
manfaat bagi anda. Mulai dari dapat meningkatkan kesehatan jantung sampai
dengan meningkatkan rasa percaya diri - olahraga benar-benar akan berdampak
pada kehidupan anda secara signifikan.
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh para ahli dalam bidang olahraga, Gaya Hidup merangkum bahwa keberhasilan seseorang dalam olahraga yang ditekuninya sangat tergantung dari berbagai faktor, baik itu mental maupun fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi performa dalam olahraga adalah:
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh para ahli dalam bidang olahraga, Gaya Hidup merangkum bahwa keberhasilan seseorang dalam olahraga yang ditekuninya sangat tergantung dari berbagai faktor, baik itu mental maupun fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi performa dalam olahraga adalah:
1.
Kapasitas Kardiovaskular
Otot yang dapat anda lihat bukanlah
satu-satunya otot yang mempengaruhi performa anda dalam olahraga Karate.
Jantung yang merupakan bagian dari sistem kardiovaskular anda adalah sangat
krusial, karena itu yang memastikan darah yang mengandung oksigen dapat
mencapai otot-otot yang ada di seluruh tubuh anda.
Otot yang tetap mendapat pasokan
oksigen secara lancar akan menunjukkan kinerja yang maksimal dalam berlari,
melompat, dan melempar. Untuk melatih kardiovaskular anda, lakukan latihan
kardio seperti berlari, berenang, aerobik, bahkan menari
Menanamkan rasa percaya diri, baik
itu terhadap kemampuan diri sendiri maupun terhadap teman-teman dalam satu tim
adalah hal yang sangat vital dalam olahraga. Memiliki keyakinan akan memberikan
sikap yang positif serta membantu anda dalam memvisualisasikan dan mencapai
kesuksesan. Menurut Jim Taylor, Ph.D, kepercayaan diri adalah faktor
mental yang paling penting dalam olahraga, sehingga anda harus benar-benar
menanamkan hal ini. Jika dari awal anda sudah tidak yakin dapat mengalahkan
lawan atau memberikan kemampuan yang maksimal, maka besar kemungkinannya
pikiran negatif itu akan terbukti nyata.
3.
Berpikir Strategis
Seperti telah
anda ketahui, banyak sekali jenis-jenis olahraga yang sebenarnya lebih
mementingkan kemampuan mental daripada hanya sekedar kemampuan fisik.
Karena itu, berpikir strategis juga merupakan faktor yang sangat penting
untuk menentukan sebuah keberhasilan. Berpikir strategis berarti anda
mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan teman satu tim maupun pemain
lawan. Dengan begini anda akan tau bagaimana cara mengantisipasi setiap
pergerakan maupun cara mengembangkan permainan yang akan meningkatkan
peluang anda untuk dapat memenangkan pertandingan.
4.
Kontrol Emosi
Pada suatu pertandingan bela diri,
seorang atlet harus berjuang sendiri dalam meredakan maupun membangkitkan
emosinya, serta mengendalikannya dengan baik pada saat bertanding karena banyak
kegagalan yang akan dialami oleh seorang atlet yang disebabkan atlet tersebut
tidak dapat memanfaatkan dan mengontrol perubahan emosi yang terjadi pada
dirinya.
Emosi dapat dikatakan sebagai suatu
kegiatan mental yang merujuk pada perasaan atau pikiran yang menimbulkan
kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Emosi yang
merupakan kondisi sadar yang muncul pada diri seseorang akibat adanya interaksi
dengan lingkungan berhubungan dengan proses-proses fisiologis pada diri orang
tersebut. Manifestasinya dapat terlihat misalnya dengan timbulnya emosi
agresif, menghindar, atau senang.
Kestabilan emosi dapat diartikan sebagai kondisi emosi yang mantap, dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan gangguan emosional seperti cemas atau tertekan. Kestabilan emosi juga dapat dikatakan sebagai suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk dapat mengendalikan respon emosionalnya, sehingga tidak terpengaruh oleh keadaan di luar dirinya.
Seseorang yang mengikuti latihan
karate dapat dipengaruhi oleh adanya faktor keinginan dari dalam dirinya
sendiri maupun dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri sendiri dapat muncul
karena adanya keinginan untuk dapat melindungi diri sendiri dan melindungi
orang di sekitarnya. Faktor dari luar diri misalnya adanya pengaruh dari orang
tua dan teman-teman. Namun, seorang karateka yang pada awalnya berlatih karate
karena adanya keinginan dari luar dirinya bukan berarti tidak dapat
mempertahankan eksistensinya di bidang karate. Sebaliknya, mereka juga dapat
berprestasi dan tetap eksis untuk jangka waktu yang lama, tidak jauh berbeda dengan
karateka yang berlatih karate karena keinginannya sendiri.
Sebelum bertanding, persiapan yang dilakukan oleh seorang
atlet karate terdiri dari persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dilakukan
dengan melatih fisik dan teknik bertanding, sedangkan persiapan mental
dilakukan dengan berlatih tanding dengan teman atau sparring partner. Persiapan
mental juga dapat didukung oleh doa. Pertandingan karate, terutama pertandingan
kumite merupakan pertandingan olah raga yang tidak terukur, artinya bahwa keberuntungan
dianggap berpengaruh, sehingga doa menjadi suatu hal yang penting dan
mempengaruhi mental seorang atlet.
5.
Kecemasan Bertanding
Kecemasan Bertanding merupakan suatu kekhawatiran terhadap
sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi pada diri seseorang. Anshel (dalam
Satiadarma, 2000) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah reaksi emosi terhadap
suatu kondisi yang mengancam. Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000)
mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan emosi negatif yang ditandai oleh
adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai dengan peningkatan gugahan
sistem faal tubuh. Greist (dalam Gunarsa, 1996) secara lebih jelas merumuskan
kecemasan sebagai suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan
gangguan tubuh yang menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berdaya dan
mengalami kelelahan, karena senantiasa harus berada dalam keadaan was-was
terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas. Berdasarkan pengertian di atas,
kecemasan secara umum merupakan keadaan emosi negatif dari suatu ketegangan
mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, was-was dan disertai dengan
peningkatan gugahan sistem faal tubuh, yang menyebabkan individu merasa tak
berdaya dan mengalami kelelahan. Satiadarma (2000) menjelaskan bahwa di dalam
dunia olahraga, kecemasan (anxiety), gugahan (arousal) dan stres (stress)
merupakan aspek yang memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain sehingga sulit
dipisahkan. Kecemasan dapat menimbulkan aktivasi gugahan pada susunan saraf
otonom, sedangkan stres pada derajat tertentu menimbulkan kecemasan dan
kecemasan menimbulkan stres.
III. Cara
Peningkatan Spiritual Atlet Karate
§ . Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam karate, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi tendangan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi
§ Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
§ Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet
dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya
komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah
timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak
adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh
adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya hambatan
komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para
atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal
pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan
dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang
tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
§ Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting)
merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya
untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan.
Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran
jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga
syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a.
Sasaran harus menantang.
Sasaran yang
ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat
mencapai sasaran tersebut.
b.
Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah
sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa
bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika
sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka
motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu
mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena
ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c.
Sasaran harus meningkat.
Mulai dari
sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin
tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap
latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang
bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu
kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek,
sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya
juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya
atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian
sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Rahman
Situmeang, M.Pd, 2010. KARATE, Medan : FIK UNIMED.
Drs. Harsono,
M.Sc. COACHING Dan Aspek - Aspek Psikologi Dalam Coaching.
Sudirman,
2008. Kontribusi Kemampuan Split, Kecepatan Reaksi Kaki, dan
Keseimbangan Terhadap Kecepatan Maegeri Chudan Pada Karateka INKADO di Kota
Makassar, Makassar : FIK UNM.
Sahrun,
2007. Efek Latihan Push Up Terhadap Frekuensi Pukulan Jodan Tsuki dan
Tangkisan Age Uke Pada Cabang Olah Raga Karate, Semarang : FIK UNNES.
Ariandi
Witara, 2008. Pengaruh Kondisi Fisik dan Agresivitas Terhadap
Performance Olahragawan Pada Pertandingan Karate Nomor Kumite, Semarang
: FIK UNNES.
Rosi H.
Kramatmadja, 2009. Prinsip – Prinsip Dasar Latihan Karate, Jakarta.
killianflexionexc.blogspot.com/.../penatalaksanaan-fisioterapi-pada-cedera.html
–
duniaebook.net/pdf/prinsip-latihan-kondisi-fisik.html –
jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1520814.pdf
No comments:
Post a Comment