Subscribe di sini

Friday, 5 February 2016

ilmu Olahraga Karate


BAB I
PENDAHULUAN


     A.    Latar Belakang


Olahraga sebagai salah satu model karya cipta manusia yang merupakan suatu bentuk aktivitas fisik dengan berbagai dimensi yang kompleks. Keterkaitan antara kegiatan berolahraga dengan keberadaan manusia adalah suatu hal yang tidak dipisahkan. Berawal dari gerak dan bergerak manusia selanjutnya dikembangkan menjadi perilaku yang bermakna dan memiliki tujuan tertentu. adapun bentuknya jika dihubungkan dengan perilaku manusia, maka tujuannya akan menjadi luas dan dalam. Hal ini karena manusia memiliki berbagai potensi dan kelebihan dibanding dengan mahluk lain.

Oleh sebab itu olahraga perlu semakin ditingkatkan dan dimasyarakatkan sebagai salah satu cara untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolah-ragakan masyarakat. Untuk itulah perlu ditingkatkan penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kegiatan berolahraga, termasuk para pendidik, pelatih dan pembina.


Karate sebagai salah satu cabang olah raga prestasi, tak luput dari perkembangan IPTEK Olahraga, meski belum bisa dilakukan secara menyeluruh tentang IPTEK olah raga ini, masih banyaknya kendala yang ditemui, sebagai contoh misalnya belum meratanya penyebaran IPTEK Olah raga baik ke tingkat Pengda Forki maupun Perguruan, sehingga masih banyaknya metode konfensional yang masih terpaku dengan sistem pembinaan yang tradisional bahkan sangat fanatik dengan sistem yang ortodok .

 Sistem tradisional yang masih kental terasa adalah pada sistem latihan yang tidak berpegang pada prinsip - prinsip dasar olah raga prestasi dengan benar. Tidak jarang seorang pelatih ingin menambah porsi latihan anak didiknya dengan menambah durasi latihan, tanpa memperhatikan kualitas latihan, intensitas, skill kontrol dan lain-lain, sehingga hasil yang didapat dari latihan kurang nyata keberhasilannya.

Untuk itu, dalam makalah ini penulis bermaksud untuk membahas tentang analisis cabang olahraga karate yang mecakup tentang komponen - komponen fisik yang mendukung dalam cabang olahraga karate, gerak dominan  yang dilakukan dalam olahraga karate, otot - otot yang terlibat dalam melakukan gerakan dan juga metode latihan yang akan diterapkan untuk meningkatkan potensi atlet dalam olahraga tersebut.

Setiap nomor pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis maupun secara empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Harsono (1988 : 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet.

Kondisi fisik dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa dukungan kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit terwujud. Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka dibutuhkan beberapa komponen kondisi fisik.


B.     Rumusan Masalah


     1.      Apa pengertian Olahraga Karate?

     2.      Apasajakah faktor Pengurangan Performa Atlet Karate?

     3.      Bagaimana cara peningkatan spiritual atlet karate?


C.     Tujuan masalah


     1.      Mengetahui pengertian Olahraga Karate

     2.      Mengetahui faktor Pengurangan Performa Atlet Karate

     3.      Mengetahui cara peningkatan spiritual atlet karate

  


BAB II

PEMBAHASAN


    I.     Karate

               a.       Pengertian Karate


Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang.Karate terdiri dari atas dua kanj, yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti ‘kosong’ dan yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Dan jika dua kanji tersebut disatukan maka artinya “tangan kosong”.


Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKA. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".

Karate sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1963 yang dibawa oleh para mahasiswa Indonesia yang baru pulang dari studi di Jepang. Para mahasiswa ini kemudian membentuk perkumpulan karate yang bernama Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia (PORKI). Kini nama PORKI diganti menjadi FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).

Teknik - teknik dasar karate terdiri dari gerakan memukul, menendang dan menangkis dengan pusat perkenaan antara bagian tubuh dengan sasaran antara lain yaitu kepalan tangan, sisi telapak tangan, ujung telapak kaki dan sisi telapak kaki.

Teknik dasar karate terbagi tiga yaitu :

1.     Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis. Teknik Kihon berupa tendangan dan pukulan saja (sabuk putih). Bila telah masuk ke sabuk cokelat, diajarkan tehnik membanting dan dibanting. Dan jika telah masuk sabuk hitam, dianggap sudah menguasai Kihon.

2.     Kata, yaitu latihan jurus atau rangkaian dari Kihon (teknik dasar gerakan karate) yang digabung menjadi satu. Dalam Kata diajarkan cara-cara bertarung yang baik dan benar. Setiap gerakan dan pernapasan akan berbeda-beda dalam setiap Kata.

3.     Kumite, yaitu latihan bertarung satu lawan satu atau sparring. Teknik kumite diajarkan saat memasuki sabuk tingkat lanjut yaitu sabuk biru keatas.



               b.    Analisa Gerak


                       Kondisi Fisik Pendukung


Setiap nomor pertandingan karate harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya kondisi fisik bagi karateka saat betanding baik secara teoritis maupun secara empiris tidak dapat disangkal lagi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Harsono (1988 : 153) bahwa, “Sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dari kondisi fisik dalam meningkatkan prestasi atlet.

Kondisi fisik dipandang sebagai hal yang fundamental bagi atlet, karena tanpa dukungan kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi maksimal akan sulit terwujud. Karate adalah cabang olahraga dengan gerakan kompleks, maka dibutuhkan beberapa komponen kondisi fisik. 


    II.  Faktor Pengurangan Performa Atlet Karate


Melakukan kegiatan olahraga, baik itu yang hanya berupa permainan dengan teman-teman hingga menjadi seorang atlet profesional akan memberikan banyak manfaat bagi anda. Mulai dari dapat meningkatkan kesehatan jantung sampai dengan meningkatkan rasa percaya diri - olahraga benar-benar akan berdampak pada kehidupan anda secara signifikan.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh para ahli dalam bidang olahraga, Gaya Hidup merangkum bahwa keberhasilan seseorang dalam olahraga yang ditekuninya sangat tergantung dari berbagai faktor, baik itu mental maupun fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi performa dalam olahraga adalah:

1.               Kapasitas Kardiovaskular


Otot yang dapat anda lihat bukanlah satu-satunya otot yang mempengaruhi performa anda dalam olahraga Karate. Jantung yang merupakan bagian dari sistem kardiovaskular anda adalah sangat krusial, karena itu yang memastikan darah yang mengandung oksigen dapat mencapai otot-otot yang ada di seluruh tubuh anda.
Otot yang tetap mendapat pasokan oksigen secara lancar akan menunjukkan kinerja yang maksimal dalam berlari, melompat, dan melempar. Untuk melatih kardiovaskular anda, lakukan latihan kardio seperti berlari, berenang, aerobik, bahkan menari
 2.               Percaya Diri


Menanamkan rasa percaya diri, baik itu terhadap kemampuan diri sendiri maupun terhadap teman-teman dalam satu tim adalah hal yang sangat vital dalam olahraga. Memiliki keyakinan akan memberikan sikap yang positif serta membantu anda dalam memvisualisasikan dan mencapai kesuksesan. Menurut Jim Taylor, Ph.D, kepercayaan diri adalah faktor mental yang paling penting dalam olahraga, sehingga anda harus benar-benar menanamkan hal ini. Jika dari awal anda sudah tidak yakin dapat mengalahkan lawan atau memberikan kemampuan yang maksimal, maka besar kemungkinannya pikiran negatif itu akan terbukti nyata.

3.               Berpikir Strategis 

Seperti telah anda ketahui, banyak sekali jenis-jenis olahraga yang sebenarnya lebih mementingkan kemampuan mental daripada hanya sekedar kemampuan fisik. Karena itu, berpikir strategis juga merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan sebuah keberhasilan. Berpikir strategis berarti  anda mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan teman satu tim maupun pemain lawan. Dengan begini anda akan tau bagaimana cara mengantisipasi setiap pergerakan maupun cara mengembangkan permainan yang akan meningkatkan peluang anda untuk dapat memenangkan pertandingan.


4.               Kontrol Emosi


Pada suatu pertandingan bela diri, seorang atlet harus berjuang sendiri dalam meredakan maupun membangkitkan emosinya, serta mengendalikannya dengan baik pada saat bertanding karena banyak kegagalan yang akan dialami oleh seorang atlet yang disebabkan atlet tersebut tidak dapat memanfaatkan dan mengontrol perubahan emosi yang terjadi pada dirinya.


Emosi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan mental yang merujuk pada perasaan atau pikiran yang menimbulkan kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Emosi yang merupakan kondisi sadar yang muncul pada diri seseorang akibat adanya interaksi dengan lingkungan berhubungan dengan proses-proses fisiologis pada diri orang tersebut. Manifestasinya dapat terlihat misalnya dengan timbulnya emosi agresif, menghindar, atau senang. 

          Kestabilan emosi dapat diartikan sebagai kondisi emosi yang mantap, dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan gangguan emosional seperti cemas atau tertekan. Kestabilan emosi juga dapat dikatakan sebagai suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk dapat mengendalikan respon emosionalnya, sehingga tidak terpengaruh oleh keadaan di luar dirinya.


Seseorang yang mengikuti latihan karate dapat dipengaruhi oleh adanya faktor keinginan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri sendiri dapat muncul karena adanya keinginan untuk dapat melindungi diri sendiri dan melindungi orang di sekitarnya. Faktor dari luar diri misalnya adanya pengaruh dari orang tua dan teman-teman. Namun, seorang karateka yang pada awalnya berlatih karate karena adanya keinginan dari luar dirinya bukan berarti tidak dapat mempertahankan eksistensinya di bidang karate. Sebaliknya, mereka juga dapat berprestasi dan tetap eksis untuk jangka waktu yang lama, tidak jauh berbeda dengan karateka yang berlatih karate karena keinginannya sendiri.


Sebelum bertanding, persiapan yang dilakukan oleh seorang atlet karate terdiri dari persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dilakukan dengan melatih fisik dan teknik bertanding, sedangkan persiapan mental dilakukan dengan berlatih tanding dengan teman atau sparring partner. Persiapan mental juga dapat didukung oleh doa. Pertandingan karate, terutama pertandingan kumite merupakan pertandingan olah raga yang tidak terukur, artinya bahwa keberuntungan dianggap berpengaruh, sehingga doa menjadi suatu hal yang penting dan mempengaruhi mental seorang atlet.


5.               Kecemasan Bertanding


Kecemasan Bertanding merupakan suatu kekhawatiran terhadap sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi pada diri seseorang. Anshel (dalam Satiadarma, 2000) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang mengancam. Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan emosi negatif yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai dengan peningkatan gugahan sistem faal tubuh. Greist (dalam Gunarsa, 1996) secara lebih jelas merumuskan kecemasan sebagai suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan, karena senantiasa harus berada dalam keadaan was-was terhadap ancaman bahaya yang tidak jelas. Berdasarkan pengertian di atas, kecemasan secara umum merupakan keadaan emosi negatif dari suatu ketegangan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, was-was dan disertai dengan peningkatan gugahan sistem faal tubuh, yang menyebabkan individu merasa tak berdaya dan mengalami kelelahan. Satiadarma (2000) menjelaskan bahwa di dalam dunia olahraga, kecemasan (anxiety), gugahan (arousal) dan stres (stress) merupakan aspek yang memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain sehingga sulit dipisahkan. Kecemasan dapat menimbulkan aktivasi gugahan pada susunan saraf otonom, sedangkan stres pada derajat tertentu menimbulkan kecemasan dan kecemasan menimbulkan stres.


    III.             Cara Peningkatan Spiritual Atlet Karate


              §  . Konsentrasi


Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.


Dalam karate, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi tendangan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi


              §   Berpikir Positif


Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.


              §  Komunikasi


Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.

Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.


              §  Penetapan Sasaran


Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.

Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:


          a. Sasaran harus menantang.


Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.


          b. Sasaran harus dapat dicapai.


Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.


          c. Sasaran harus meningkat.


Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.










DAFTAR PUSTAKA


Drs. Rahman Situmeang, M.Pd, 2010. KARATE, Medan : FIK UNIMED.


Drs. Harsono, M.Sc. COACHING Dan Aspek - Aspek Psikologi Dalam Coaching.


Sudirman, 2008. Kontribusi Kemampuan Split, Kecepatan Reaksi Kaki, dan Keseimbangan Terhadap Kecepatan Maegeri Chudan Pada Karateka INKADO di Kota Makassar, Makassar : FIK UNM.


Sahrun, 2007. Efek Latihan Push Up Terhadap Frekuensi Pukulan Jodan Tsuki dan Tangkisan Age Uke Pada Cabang Olah Raga Karate, Semarang : FIK UNNES.


Ariandi Witara, 2008. Pengaruh Kondisi Fisik dan Agresivitas Terhadap Performance Olahragawan Pada Pertandingan Karate Nomor Kumite, Semarang : FIK UNNES.


Rosi H. Kramatmadja, 2009. Prinsip – Prinsip Dasar Latihan Karate, Jakarta.


killianflexionexc.blogspot.com/.../penatalaksanaan-fisioterapi-pada-cedera.html –


duniaebook.net/pdf/prinsip-latihan-kondisi-fisik.html –


jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1520814.pdf








No comments:

Post a Comment

Kumpulan ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma

Berikut video ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma Semoga menjadi motivasi dan bermanfaat  Hukum membaca Al-Qur'an digital di hp tanpa berwu...