Subscribe di sini

Tuesday, 21 April 2020

HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN DAN HARI KIAMAT


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
1.     Iman
                   Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati;  pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati.
2.     Islam
                   Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran.
3.     Ihsan
                   Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.

B.   Rumusan Masalah
          Dari latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam makalah ini, sebagaimana berikut :
1.     Apa hubungan iman, islam, ihsan dan hari kiamat?
2.     Bagaimana berkurangnya iman dengan melakukan maksiat?
3.     Apakah rasa malu merupakan bagian dari iman?

C.   Tujuan Pembahasan
1.     untuk mengetahui hubungan iman, islam, ihsan dan hari kiamat.
2.     Untuk mengetahui berkurangnya iman dengan melakukan maksiat.
3.     Untuk mengetahui rasa malu merupakan bagian dari iman.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Hubungan Iman, Islam, Ihsan dan hari Kiamat
1.     Hadits tentang hubungan Iman. Islam, Ihsan dan hari Kiamat
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَيْضًا قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا اَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ اِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ اَخْبِرْنِيْ عَنِ الْاِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْاِسْلاَمُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ واَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْاَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ الْاِيْمَانِ، قَالَ: اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ الْاِحْسَانِ، قَالَ: اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ: مَاالْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِاَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ: فَاَخْبِرِنْي عَنْ اَمَارَاتِهَا، قَالَ: اَنْ تَلِدَ الْاَمَةُ رَبَّتَهَا، وَاَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِى الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ، فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ: يَاعُمَرُ، اَتَدْرِيْ مِنَ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَعْلَمُ. فَاِنَّهُ جِبْرِيْلُ اَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. ( رواه مسلم)
          Artinya:
          “Dari Umar r.a, berkata: “Suatu ketika kami (para sahabat) duduk didekat rasulullah saw. Tiba-tiba muncul kepada kami seseorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan dan tak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Ia segera duuik dihadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya diatas kedua tangan Nabi, kemudian ia berkata: “hai Muhammad ! beritahukan kepadaku tentang islam”. Rasulullah menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan Ramadhan dan engkau menunaikan haji di Baitullah jika engkau telah mampu melakukannya”. Lelaki itu berkata: “engkau benar”. Maka kami heran, ia yang bertanya, ia juga yang membenarkannya.
          Kemudian ia berkata lagi: “beritahukan kepadaku tentang iman”. Nabi menjawab: “iman adalah engkau beribadah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk”. Ia berkata: “Engkau benar”.
            Dia bertanya lagi: “beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi menjawab: “ hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.
            Lelaki itu berkata lagi: “ beritahukan kepadaku kapan terjadinya hari kiamat itu ”. Nabi menjawab: “ yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya”. Dia pun bertanya lagi: “beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya”. Nabi menjawab: “ jika seseorang budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan mewah yang menjulang tinggi.
            Kemudian lelaki itu segera pergi. Akupun terdiam sehingga Nabi bertanya kepadaku: wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi ?, aku menjawab: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui. Beliau bersabda: “ia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian” (H.R. Muslim).[1]
2.     Biografi
a.     Imam Muslim
          Nama lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Quraysyi An-Naysaburi.[2] Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M yaitu kota kecil yang terletak di negara Iran. Beliau salah seorang ahli hadits terkemuka dan murid Al-Bukhari. Sejak kecil beliau belajar hadits ke beberapa guru di berbagai negara, diantaranya ke Hijaz, Syam, Irak,Mesir dan lain-lain.
Diantara buku hadits yang beliau tulis adalah Shahih Muslim berisikan 4.000 hadits yang merupakan hasil penyeleksian dari 12.000 buah hadits yang dihitung secara berulang, atau pendapat lain sebanyak 7.275 buah hadits secara berulang-ulang. Buku itu disusun selama 12 tahun. Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, keduanya kitab yang paling shahih setelah Al-Qur’an. Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan Muslim dalam kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan Shahih Al-Bukhari.[2]
b.     Umar bin Khattab ra.
          Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufal bin Abd Uzza bin Raba’ah bin Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik. Dari sini kita ketahui keluarga Umar mempunyai pengaruh dan kekuasaan besar yang keturunannya berasal dari suku Quraisy. Oleh karena itu kebesaran Umar bin Khattab pada hakekatnya mewarisi keturunannya.
Beliau lahir pada tahun 513 M, diriwayatkan bahwa Umar dilahirkan 40 tahun sebelum hijrah Nabi ke kota Mekah, kelahiran Umar merupakan suatu kejadian besar di kalangan suku Quraisy dikarenakan ayah Umar bin Khattab, Al-Khattab merupakan salah satu anggota termuka di tengah suku Quraisy yang mengawini Khantamak yang kemudian melahirkan Umar.[3]

B.   Berkurangnya Iman dengan Melakukan Maksiat
1.     Hadits Tentang Berkurangnya Iman dengan Melakukan Maksiat
          Iman bagi seorang hamba mempunyai kedudukan yang luhur dan tinggi. Dia adalah kewajiban yang paling wajib dan kepentingn yang paling penting. Setiap kebaikan dunia dan akhirat tergantung dalam kebaikan dan keselamatan iman.Iman itu bisa berkurang karena melakukan maksiat dan lenyap karena selalu menggelimang dalam perbuatan maksiat. Dalam sebuah hadits disebutkan :
قَالَ اَبِىْ هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَزْنِى الزَّانِيْ حِيْنَ يَزْنِيْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِيْنَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
          Artinya:
          “Abu Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Seseorang tidak akan melakukan perbuatan zina, padahal ia seorang mukmin, tidak akan melakukan pencurian, padahal ia seorang mukmin,  dan tidak akan minum khamar padahal ia seorang yang mukmin’.”(H.R. Muslim kitab al-Iman, bab Iman berkurang karena maksiat(24)  (Beirut: Dar al-Fikr, 1412 H./1992 M.), juz 1,hlm:49, no hadist:100
2.     Biografi
a.     Abu Hurairah
          Nama asal Abu hurairah adalah Abdurrahman Ibn Shakhr ad- Dawsi (salah satu kabilah di Yaman), dimasa jahiliyahnya bernama Abdusysyams bin Shakhr. Kemudian dipanggil Abu Hurairah  oleh Rasulullah juga yang berarti bapaknya kucing, pada saat Beliau  melihatnya membawa kucing kecil, karena Abu Hurairah sangat menyayangi kucing.
          Abu Hurairah lahir pada tahun ke-21 setelah Hijrah (602 M) dan datang ke Madinah pada tahun Khaibar yakni pada bulan Muharram tahun ke-7 H, lalu memeluk agama islam. Setelah masuk islam ia selalu beserta Nabi dan menjadi ketua jama’ah Ahlu Suffah, yang menghabiskan waktunya untuk beribadah. karena inilah beliau mendengar hadist dari Nabi secara langsung. Suffah adalah suatu tempat perlindungan para sahabat yang zahid di masjid Nabawi.
Abu Hurairah memiliki sifat-sifat yang terpuji diantaraya wara’, takwa dan zuhud. Abu Hurairah meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 buah (menurut pentahqikan Baqi Ibn Makhlad, seperti yang disitir oleh Ibn Dausi), diantara jumlah tersebut, 325 buah hadist disepakati oleh Bukhari dan Muslim, 93 buah diriwayatkan oleh Bukhari dan 189 buah oleh Muslim.
3.     Kualitas Hadits
          Hadits diatas juga merupakan hadits shahih dan diriwayatkan oleh Imam Muslim yang sangat terkenal dengan kedhabitannya (kuat hafalannya) dan kehati-hatiannya dalam menulis hadits.
4.     Isi/Penjelasan Hadits
          Hadist ini termasuk hadist yang maknanya masih diperselisihkan oleh para ulama. Menurut pendapat yang teliti, makna hadist tersebut yang shahih adalah bahwa seseorang tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat ini ketika sempurna keimanannya.
          Al-Hasan dan Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari telah berkata: “cara memakai hadist ini adalah bahwa predikat terpuji untuk para kekasih Allah SWT sebagai seorang yang beriman secara otomatis akan dicabut dari orang yang melakukan dosa-dosa tersebut. Dan setelah itu predikatnya berganti menjadi buruk yaitu sebagai pencuri, penzina, pecundang, dan seorang yang fasiq”.
          Ibnu Abbas berkata: “makna hadist ini adalah cahaya iman akan ditarik dari diri orang yang melakukan beberapa perbuatan dosa.”.
          Iman bertambah karena banyak beribadah kepada Allah, sedangkan iman berkurang karena banyak melakukan kemaksiatan. Dr.M Nu’aim Yasin dam bukunya “Al-Iman: Arkanuhu, haqiqatuhu, wa Nawaqiduhu”. Menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat meningkatkan keimanan itu antara lain:



a.     Ilmu
Dalam hal ini adalah ilmu Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan ayat-ayat-Nya dan ilmu mengenai Rasulullah, dari akhlaknya, perjalanan hidupnya dan syariat yang dibawanya
b.     Amal
Keimanan akan semakin kuat dengan memperbanyak amal shaleh dan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah, sedangkan sedikit amal shaleh akan melemahkan  iman.
c.      Zikir danFikir
Zikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat dan keagungan yang layak untuk-Nya, membaca firman dan ayat-ayatnya. Diriwayatkan dari Abi Ja’far, dari kakeknya Umair bin Hubaib salah seorang sahabat Rasulullah SAW, ia mengatakan: “iman itu bertambah dan berkurang”. Ia ditanya: “bagaimana iman itu bertambah dan berkurang” ? ia menjawab : jika kita berzikir kepada Allah, memuji-Nya dan mensucikan-Nya maka iman kita bertambah. jika lupa dan lalai maka iman kita berkurang”.

C.   Rasa Malu Sebagian dari Iman
1.     Hadits Tentang Rasa Malu Sebagian dari Iman
عَنِ ابْنِ عُمَرَ: اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْاَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ اَخَاهُ فِى  الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : دَعْهُ فَاِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الْاِيْمَانِ
          Artinya:
          “Dari Ibnu Umar r.a.  bahwa Rasulullah SAW lewat didepan seorang laki-laki Anshar yang sedang menasehati temannya yang pemalu, maka Belau bersabda:’Biarkan saja (dia pemalu), karena sesungguhnya malu itu sebagian dari iman’.”(H.R. Bukhari kitab al-Iman, bab Malu adalah Sebagian dari Iman)
2.     Biografi
a.     Imam Bukhari
          Nama Al-Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Yafi’i Al-Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari jum’at 13 syawal 194 H(810M) disebuah kota bernama Bukhara, dan wafat di Samarqand, malam sabtu hari raya, waktu isya’ tahun 256 H.
          Beliau mulai belajar hadits sejak dibawah usia 10 tahun pada tahun 210 dan mendengarnya lebih dari 1000 orang guru. Beliau hapal sebanyak 100.000 buah hadits shahih dan 200.000 buah hadits yang tidak shahih. Diantaranya yang shahih dimasukkan kedalam kitab shahihnya dan beliaulah pertama kali yang menghimpun hadits shahih kedalam sebuah buku yang diberi nama Al-Jami’ Ash-Shahih li Al-Bukhari. Buku ini ditulis selama 16 tahun yang beliau dengar dari lebih 70.000 perawi melalui penelitian yang tekun dan berhati-hati kemudian diajukan ke hadapan para gurunya diantaranya Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in, dan alin-lain. Mereka menilai keshahihannya. Setiap akan menulis hadits beliau mandi dan shalat istikhara 2 rakaat terlebih dahulu dan tidak menulisnya kecuali hadits yang shahih, sanad yang muttashil dan para perawinya telah memenuhi syarat keadilan.
b.     Ibnu Umar (Abdullah bin Umar)
          Abdullah bin Umar lahir pada tahun kedua atau ketiga dari kenabian, masuk Islam ketika berusia 10 tahun bersama ayahnya. Ia anak kedua dari Umar bin Al-Khaththab dan saudara kandung Hafsha Ummul Mukminin. Meskipun ayahnya menjadi khalifah yang sangat luas kekuasaannya, namun ia tidak memiliki ambisi kedudukan atau kekhalifaan.
          Hal ini disebabkan disamping sikap ayahnya yang tidak nepotis, ia selalu mencurahkan perhatiannya untuk mencari ilmu dan beribadah. Oleh karena itu, ia tidak pernah terlibat dalam pergolakan politik yang terjadi di kalangan sahabat yang mengakibatkan perang saudara, baik pada masa pemerintahan Utsman, Ali, dan sesudahnya. Abdullah bin Umar adalah seorang sahabat yang tekun dan berhati hati dalam periwayatan hadis. Abu Ja'far berkata: "Tidak ada seorang sahabat Nabi yang lebih berhati hati daripada Ibnu Umar, ia tidak mengurangi dan tidak menambah periwayatan". Jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar sekitar 2.630 buah hadis. Ia meriwayatkan hadis dari Nabi dan dari sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamannya Zaid, dan saudara kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Ali, Bilal, Ibnu Mas'ud, Abu Dzarr, dan Mu'adz.[4]
3.     Kualitas Hadits
          Hadits diatas  merupakan hadits shahih dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang sangat terkenal dengan kedhabitannya (kuat hafalannya). Dalam mengumpulkan dan menulis hadits Imam Bukhari ini sangat teliti dan berhati-hati. Serta setiap akan menulis hadits beliau mandi dan shalat istikhara 2 rakaat terlebih dahulu dan tidak menulisnya kecuali hadits yang shahih, sanad yang muttashil dan para perawinya telah memenuhi syarat keadilan.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
            Islam adalah menampakkan amalan-amalan khusus. Iman adalah keyakinan terhadap perkara tertentu, sedangkan ihsan engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Akan tetapi antara ketiganya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi, seperti seseorang yang melakukan suatu perbuatan dia tidak dikatakan muslim yang sempurna kalau tidak disertai dengan suatu keyakinan, dan orang yang berkeyakinan tidak dapat disebut mukmin yang sempurna tanpa amalan, dan keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi kita. Seseorang yang beriman tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat ketika sempurna keimanannya dan sifat malu seseorang dapat menghalangi dan menghindarkan seseorang dari melakukan kemaksiatan, sifat malu sebagian iman,

B.   Kritik dan Saran
            Dengan selesainya penulisan makalah ini, penulis berharap agar pembaca makalah ini, mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang baru, serta makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Penulis juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga penulis dapat memperbaiki makalah berikutnya menjadi lebih baik lagi. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

          An-Nawawi.Imam.2001.Terjemahan Hadist Arba’in An-Nawawiyah.Al-I’tishom. Cahaya Umat: Jakarta.
          Ahmad,Wahab.Tim IAIN. 2002.Hadist. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
          Jumantoro,Totok. 2002.Kamus Ilmu Hadist. Jakarta: Bumi Aksara
          Khon,Abdul Majid. 2008.Ulumul Hadist. Jakarta: Amza
          http://www.islamnyamuslim.com/2014/05/biografi-perawi-hadis-abdullah-bin-umar.html
          http://burungandalas.blogspot.co.id/2013/12/biografi-umar-bin-khattab-ra.html




                [1] Imam An-Nawawi. 2008. Terjemahan Hadist Arba’in An-Nawawiyah. Al-I’tishom. Jakarta: Cahaya Umat. hal.7-10
                [2] Abdul Majid Khon. 2008.Ulumul Hadist. Jakarta: Amza. hal.120
                [3]  http://burungandalas.blogspot.co.id/2013/12/biografi-umar-bin-khattab-ra.html
                [4] http://www.islamnyamuslim.com/2014/05/biografi-perawi-hadis-abdullah-bin-umar.html

1 comment:

Kumpulan ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma

Berikut video ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma Semoga menjadi motivasi dan bermanfaat  Hukum membaca Al-Qur'an digital di hp tanpa berwu...