BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
1.
Iman
Pengertian dasar dari istilah
“iman” ialah “memberi ketenangan hati;
pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian
pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala
konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati.
2.
Islam
Islam sebagai sebuah nama
dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam”
pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran.
3.
Ihsan
Ihsan adalah puncak ibadah
dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan
menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam makalah
ini, sebagaimana berikut :
1. Apa
hubungan iman, islam, ihsan dan hari kiamat?
2. Bagaimana
berkurangnya iman dengan melakukan maksiat?
3. Apakah
rasa malu merupakan bagian dari iman?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
untuk mengetahui hubungan iman, islam,
ihsan dan hari kiamat.
2.
Untuk mengetahui berkurangnya iman
dengan melakukan maksiat.
3.
Untuk mengetahui rasa malu merupakan
bagian dari iman.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan
Iman, Islam, Ihsan dan hari Kiamat
1.
Hadits tentang hubungan Iman. Islam,
Ihsan dan hari Kiamat
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَيْضًا قَالَ:
بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ
الشَّعْرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا اَحَدٌ، حَتَّى
جَلَسَ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ
اِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ
اَخْبِرْنِيْ عَنِ الْاِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: اَلْاِسْلاَمُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ واَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ
الْبَيْتَ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ
يَسْاَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ الْاِيْمَانِ، قَالَ: اَنْ تُؤْمِنَ
بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ، وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ الْاِحْسَانِ،
قَالَ: اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ
يَرَاكَ. قَالَ: فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ: مَاالْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِاَعْلَمَ
مِنَ السَّائِلِ. قَالَ: فَاَخْبِرِنْي عَنْ اَمَارَاتِهَا، قَالَ: اَنْ تَلِدَ الْاَمَةُ
رَبَّتَهَا، وَاَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ
فِى الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ، فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ: يَاعُمَرُ،
اَتَدْرِيْ مِنَ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَعْلَمُ. فَاِنَّهُ جِبْرِيْلُ
اَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. ( رواه مسلم)
Artinya:
“Dari
Umar r.a, berkata: “Suatu ketika kami (para sahabat) duduk didekat rasulullah
saw. Tiba-tiba muncul kepada kami seseorang lelaki mengenakan pakaian yang
sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan dan tak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Ia segera
duuik dihadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan
meletakkan kedua tangannya diatas kedua tangan Nabi, kemudian ia berkata: “hai
Muhammad ! beritahukan kepadaku tentang islam”. Rasulullah menjawab: “Islam
adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa
dibulan Ramadhan dan engkau menunaikan haji di Baitullah jika engkau telah
mampu melakukannya”. Lelaki itu berkata: “engkau benar”. Maka kami heran, ia
yang bertanya, ia juga yang membenarkannya.
Kemudian
ia berkata lagi: “beritahukan kepadaku tentang iman”. Nabi menjawab: “iman
adalah engkau beribadah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
Rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang
buruk”. Ia berkata: “Engkau benar”.
Dia bertanya lagi: “beritahukan
kepadaku tentang ihsan”. Nabi menjawab: “ hendaklah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya,
sesungguhnya Dia melihatmu.
Lelaki itu berkata lagi: “
beritahukan kepadaku kapan terjadinya hari kiamat itu ”. Nabi menjawab: “ yang
ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya”. Dia pun bertanya lagi:
“beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya”. Nabi menjawab: “ jika seseorang
budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang
bertelanjang kaki, tanpa memakai baju serta pengembala kambing telah saling
berlomba dalam mendirikan bangunan mewah yang menjulang tinggi.
Kemudian lelaki itu segera pergi.
Akupun terdiam sehingga Nabi bertanya kepadaku: wahai Umar, tahukah engkau
siapa yang bertanya tadi ?, aku menjawab: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui.
Beliau bersabda: “ia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama
kalian” (H.R. Muslim).[1]
2.
Biografi
a.
Imam Muslim
Nama
lengkapnya adalah Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Quraysyi An-Naysaburi.[2]
Beliau dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H/820 M yaitu kota kecil yang
terletak di negara Iran. Beliau salah seorang ahli hadits terkemuka dan murid
Al-Bukhari. Sejak kecil beliau belajar hadits ke beberapa guru di berbagai
negara, diantaranya ke Hijaz, Syam, Irak,Mesir dan lain-lain.
Diantara buku hadits yang beliau tulis
adalah Shahih Muslim berisikan 4.000 hadits yang merupakan hasil penyeleksian
dari 12.000 buah hadits yang dihitung secara berulang, atau pendapat lain
sebanyak 7.275 buah hadits secara berulang-ulang. Buku itu disusun selama 12
tahun. Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, keduanya kitab yang paling shahih
setelah Al-Qur’an. Menurut penelitian para ulama, persyaratan yang ditetapkan
Muslim dalam kitabnya pada dasarnya sama dengan penetapan Shahih Al-Bukhari.[2]
b.
Umar bin Khattab ra.
Nama
lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufal bin Abd Uzza bin Raba’ah bin
Abdillah bin Qurth bin Huzail bin Ady bin Ka’ab bin Luway bin Fihr bin Malik.
Dari sini kita ketahui keluarga Umar mempunyai pengaruh dan kekuasaan besar
yang keturunannya berasal dari suku Quraisy. Oleh karena itu kebesaran Umar bin
Khattab pada hakekatnya mewarisi keturunannya.
Beliau lahir pada tahun 513 M,
diriwayatkan bahwa Umar dilahirkan 40 tahun sebelum hijrah Nabi ke kota Mekah,
kelahiran Umar merupakan suatu kejadian besar di kalangan suku Quraisy
dikarenakan ayah Umar bin Khattab, Al-Khattab merupakan salah satu anggota
termuka di tengah suku Quraisy yang mengawini Khantamak yang kemudian
melahirkan Umar.[3]
B.
Berkurangnya
Iman dengan Melakukan Maksiat
1.
Hadits Tentang Berkurangnya Iman dengan
Melakukan Maksiat
Iman
bagi seorang hamba mempunyai kedudukan yang luhur dan tinggi. Dia adalah
kewajiban yang paling wajib dan kepentingn yang paling penting. Setiap kebaikan
dunia dan akhirat tergantung dalam kebaikan dan keselamatan iman.Iman itu bisa
berkurang karena melakukan maksiat dan lenyap karena selalu menggelimang dalam
perbuatan maksiat. Dalam sebuah hadits disebutkan :
قَالَ اَبِىْ هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَزْنِى الزَّانِيْ حِيْنَ يَزْنِيْ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا
يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِيْنَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
Artinya:
“Abu
Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Seseorang tidak akan melakukan perbuatan
zina, padahal ia seorang mukmin, tidak akan melakukan pencurian, padahal ia
seorang mukmin, dan tidak akan minum
khamar padahal ia seorang yang mukmin’.”(H.R. Muslim kitab al-Iman, bab Iman
berkurang karena maksiat(24) (Beirut:
Dar al-Fikr, 1412 H./1992 M.), juz 1,hlm:49, no hadist:100
2.
Biografi
a.
Abu Hurairah
Nama
asal Abu hurairah adalah Abdurrahman Ibn Shakhr ad- Dawsi (salah satu kabilah
di Yaman), dimasa jahiliyahnya bernama Abdusysyams bin Shakhr. Kemudian
dipanggil Abu Hurairah oleh Rasulullah
juga yang berarti bapaknya kucing, pada saat Beliau melihatnya membawa kucing kecil, karena Abu
Hurairah sangat menyayangi kucing.
Abu
Hurairah lahir pada tahun ke-21 setelah Hijrah (602 M) dan datang ke Madinah
pada tahun Khaibar yakni pada bulan Muharram tahun ke-7 H, lalu memeluk agama
islam. Setelah masuk islam ia selalu beserta Nabi dan menjadi ketua jama’ah
Ahlu Suffah, yang menghabiskan waktunya untuk beribadah. karena inilah beliau
mendengar hadist dari Nabi secara langsung. Suffah adalah suatu tempat
perlindungan para sahabat yang zahid di masjid Nabawi.
Abu Hurairah memiliki sifat-sifat yang
terpuji diantaraya wara’, takwa dan zuhud. Abu Hurairah meriwayatkan hadist
sebanyak 5.374 buah (menurut pentahqikan Baqi Ibn Makhlad, seperti yang disitir
oleh Ibn Dausi), diantara jumlah tersebut, 325 buah hadist disepakati oleh
Bukhari dan Muslim, 93 buah diriwayatkan oleh Bukhari dan 189 buah oleh Muslim.
3.
Kualitas Hadits
Hadits
diatas juga merupakan hadits shahih dan diriwayatkan oleh Imam Muslim yang sangat
terkenal dengan kedhabitannya (kuat hafalannya) dan kehati-hatiannya dalam
menulis hadits.
4.
Isi/Penjelasan Hadits
Hadist
ini termasuk hadist yang maknanya masih diperselisihkan oleh para ulama.
Menurut pendapat yang teliti, makna hadist tersebut yang shahih adalah bahwa
seseorang tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan maksiat ini ketika sempurna
keimanannya.
Al-Hasan
dan Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari telah berkata: “cara memakai hadist
ini adalah bahwa predikat terpuji untuk para kekasih Allah SWT sebagai seorang
yang beriman secara otomatis akan dicabut dari orang yang melakukan dosa-dosa
tersebut. Dan setelah itu predikatnya berganti menjadi buruk yaitu sebagai
pencuri, penzina, pecundang, dan seorang yang fasiq”.
Ibnu
Abbas berkata: “makna hadist ini adalah cahaya iman akan ditarik dari diri
orang yang melakukan beberapa perbuatan dosa.”.
Iman
bertambah karena banyak beribadah kepada Allah, sedangkan iman berkurang karena
banyak melakukan kemaksiatan. Dr.M Nu’aim Yasin dam bukunya “Al-Iman: Arkanuhu,
haqiqatuhu, wa Nawaqiduhu”. Menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat
meningkatkan keimanan itu antara lain:
a.
Ilmu
Dalam
hal ini adalah ilmu Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan ayat-ayat-Nya
dan ilmu mengenai Rasulullah, dari akhlaknya, perjalanan hidupnya dan syariat
yang dibawanya
b.
Amal
Keimanan
akan semakin kuat dengan memperbanyak amal shaleh dan ketaatan kepada Allah dan
Rasulullah, sedangkan sedikit amal shaleh akan melemahkan iman.
c.
Zikir danFikir
Zikir
adalah mengingat Allah dengan segala sifat dan keagungan yang layak untuk-Nya,
membaca firman dan ayat-ayatnya. Diriwayatkan dari Abi Ja’far, dari kakeknya
Umair bin Hubaib salah seorang sahabat Rasulullah SAW, ia mengatakan: “iman itu
bertambah dan berkurang”. Ia ditanya: “bagaimana iman itu bertambah dan
berkurang” ? ia menjawab : jika kita berzikir kepada Allah, memuji-Nya dan
mensucikan-Nya maka iman kita bertambah. jika lupa dan lalai maka iman kita berkurang”.
C.
Rasa
Malu Sebagian dari Iman
1.
Hadits Tentang Rasa Malu Sebagian dari
Iman
عَنِ ابْنِ عُمَرَ: اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْاَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ اَخَاهُ
فِى الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : دَعْهُ فَاِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الْاِيْمَانِ
Artinya:
“Dari
Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW
lewat didepan seorang laki-laki Anshar yang sedang menasehati temannya yang
pemalu, maka Belau bersabda:’Biarkan saja (dia pemalu), karena sesungguhnya
malu itu sebagian dari iman’.”(H.R. Bukhari kitab al-Iman, bab Malu adalah
Sebagian dari Iman)
2.
Biografi
a.
Imam Bukhari
Nama
Al-Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizbah
Al-Yafi’i Al-Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari jum’at 13 syawal 194 H(810M)
disebuah kota bernama Bukhara, dan wafat di Samarqand, malam sabtu hari raya,
waktu isya’ tahun 256 H.
Beliau
mulai belajar hadits sejak dibawah usia 10 tahun pada tahun 210 dan
mendengarnya lebih dari 1000 orang guru. Beliau hapal sebanyak 100.000 buah
hadits shahih dan 200.000 buah hadits yang tidak shahih. Diantaranya yang
shahih dimasukkan kedalam kitab shahihnya dan beliaulah pertama kali yang
menghimpun hadits shahih kedalam sebuah buku yang diberi nama Al-Jami’
Ash-Shahih li Al-Bukhari. Buku ini ditulis selama 16 tahun yang beliau dengar
dari lebih 70.000 perawi melalui penelitian yang tekun dan berhati-hati
kemudian diajukan ke hadapan para gurunya diantaranya Imam Ahmad, Yahya bin
Ma’in, dan alin-lain. Mereka menilai keshahihannya. Setiap akan menulis hadits
beliau mandi dan shalat istikhara 2 rakaat terlebih dahulu dan tidak menulisnya
kecuali hadits yang shahih, sanad yang muttashil dan para perawinya telah
memenuhi syarat keadilan.
b.
Ibnu Umar (Abdullah bin Umar)
Abdullah
bin Umar lahir pada tahun kedua atau ketiga dari kenabian, masuk Islam ketika
berusia 10 tahun bersama ayahnya. Ia anak kedua dari Umar bin Al-Khaththab dan
saudara kandung Hafsha Ummul Mukminin. Meskipun ayahnya menjadi khalifah yang
sangat luas kekuasaannya, namun ia tidak memiliki ambisi kedudukan atau
kekhalifaan.
Hal
ini disebabkan disamping sikap ayahnya yang tidak nepotis, ia selalu
mencurahkan perhatiannya untuk mencari ilmu dan beribadah. Oleh karena itu, ia
tidak pernah terlibat dalam pergolakan politik yang terjadi di kalangan sahabat
yang mengakibatkan perang saudara, baik pada masa pemerintahan Utsman, Ali, dan
sesudahnya. Abdullah bin Umar adalah seorang sahabat yang tekun dan berhati
hati dalam periwayatan hadis. Abu Ja'far berkata: "Tidak ada seorang
sahabat Nabi yang lebih berhati hati daripada Ibnu Umar, ia tidak mengurangi
dan tidak menambah periwayatan". Jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Umar sekitar 2.630 buah hadis. Ia meriwayatkan hadis dari Nabi dan dari
sahabat, di antaranya dari ayahnya sendiri Umar, pamannya Zaid, dan saudara
kandungnya Hafshah, Abu Bakar, Ali, Bilal, Ibnu Mas'ud, Abu Dzarr, dan Mu'adz.[4]
3.
Kualitas Hadits
Hadits
diatas merupakan hadits shahih dan
diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang sangat terkenal dengan kedhabitannya (kuat
hafalannya). Dalam mengumpulkan dan menulis hadits Imam Bukhari ini sangat
teliti dan berhati-hati. Serta setiap akan menulis hadits beliau mandi dan
shalat istikhara 2 rakaat terlebih dahulu dan tidak menulisnya kecuali hadits
yang shahih, sanad yang muttashil dan para perawinya telah memenuhi syarat
keadilan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam adalah menampakkan
amalan-amalan khusus. Iman adalah keyakinan terhadap perkara tertentu,
sedangkan ihsan engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,
kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Akan tetapi
antara ketiganya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi, seperti
seseorang yang melakukan suatu perbuatan dia tidak dikatakan muslim yang
sempurna kalau tidak disertai dengan suatu keyakinan, dan orang yang
berkeyakinan tidak dapat disebut mukmin yang sempurna tanpa amalan, dan
keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi kita. Seseorang yang beriman tidak akan
melakukan perbuatan-perbuatan maksiat ketika sempurna keimanannya dan sifat
malu seseorang dapat menghalangi dan menghindarkan seseorang dari melakukan
kemaksiatan, sifat malu sebagian iman,
B.
Kritik
dan Saran
Dengan selesainya penulisan makalah
ini, penulis berharap agar pembaca makalah ini, mendapatkan wawasan dan
pengetahuan yang baru, serta makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Penulis
juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga penulis
dapat memperbaiki makalah berikutnya menjadi lebih baik lagi. Terima kasih
DAFTAR
PUSTAKA
An-Nawawi.Imam.2001.Terjemahan
Hadist Arba’in An-Nawawiyah.Al-I’tishom. Cahaya Umat: Jakarta.
Ahmad,Wahab.Tim
IAIN. 2002.Hadist. Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
Jumantoro,Totok.
2002.Kamus Ilmu Hadist. Jakarta: Bumi Aksara
Khon,Abdul
Majid. 2008.Ulumul Hadist. Jakarta: Amza
http://www.islamnyamuslim.com/2014/05/biografi-perawi-hadis-abdullah-bin-umar.html
http://burungandalas.blogspot.co.id/2013/12/biografi-umar-bin-khattab-ra.html
sangat bagus sekali untuk dibaca
ReplyDeleteal quran 30 juz