Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang bersama
istri beliau, istri yang paling dicintai oleh beliau, ‘Aisyah radiallahu ‘anha.
Tiba-tiba, datang sekelompok orang yahudi dan mengatakan dengan kasar, “Assamu
‘alaikum” (Kebinasaan bagimu wahai Muhammad). Dengan penuh ketenangan, Nabi
Muhammad hanya menjawab, “Wa ‘alaikum” (Dan atas kalian juga).
Seolah tak rela suaminya dicela dan dicemooh, ‘Aisyah menimpali
dengan agak kasar, “Assamu ‘alaikum wa la’anakumullah wa ghadiba ‘alaikum”
(Kebinasaan atas kalian, laknat dan murka Allah atas kalian wahai yahudi….).
Mendengar hal itu, Nabi Muhammad mencoba mendinginkan istrinya, dan mengatakan
dengan penuh kelembutan, “Tahan wahai ‘Aisyah, wajib bagimu untuk lemah lembut,
hati-hati kamu dari sikap keras dan keji.”
“Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan Ya
Rasulullah?” Jawab ‘Aisyah dengan nada agak kesal. Kemudian Nabi Muhammad
mencoba memberi penjelasan lagi kepada istrinya, “Wahai ‘Aisyah, apakah kamu
juga tidak mendengar apa yang aku ucapkan? Aku telah membalas mereka, dan itu
dikabulkan bagiku, sedangkan ucapan mereka terhadapku, tidaklah terkabulkan.”
(Berdasar Hadist Riwayat Al-Bukhari)
“Ya
Allah, Rahmatilah Aku dan Muhammad”
Pada suatu ketika, Nabi Muhammad sedang bersama para sahabat di
suatu masjid. Tiba-tiba, datang seorang A’rabi (Arab gunung) dan langsung
begitu saja kencing di masjid. Melihat hal itu, para sahabat naik pitam dan
menghardiknya, “Mah…mah….” (Pergi…pergi…). Rasulullah dengan tenang melarang
para sahabat untuk menghardiknya, dan berkata, “Jangan kalian hardik dia,
biarkan saja dia (jangan putus kencingnya)…”
Para sahabat kemudian membiarkan orang tersebut menunaikan
kencingnya sampai selesai. Setelah selesai, A’rabi tersebut dipanggil oleh
Rasulullah. Dengan penuh kelembutan dan tanpa menghakimi Beliau mengatakan,
“Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak boleh untuk kencing atau membuang
kotoran, tetapi digunakan untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca
Al-Qur’an .”
Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Sesungguhnya
kalian diutus untuk memudahkan, dan bukan untuk menyulitkan. Guyurlah air
kencing tadi dengan satu ember air.”
Mendengar dan melihat kelembutan serta kesopanan Rasulullah, A’rabi
tadi lantas berdo’a, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau
rahmati selain kami seorang pun.” Rasulullah dengan agak tersenyum hanya
menimpali, “Sungguh engkau telah mempersempit perkara yang luas (maksudnya
Rahmat Allah).” (Berdasar Hadist Riwayat Bukhari-Muslim)
No comments:
Post a Comment