PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah ingin dikenal, dihormati lewat seluruh kondisi dunia
sebab Dia ingin menyatakan kehebatan-Nya supaya bangsa lain dapat mengenal
Tuhan. Itu sebabnya dalam hal ini, Dia menyatakan kehebatan dan kekuatan
Tangan-Nya dengan tujuan supaya bangsa lain dapat mengenal Dia. Demikian juga
Dia menghendaki agar kita mengenal Pribadi-Nya lebih dekat dan lebih intensif
melalui Firman Allah sehingga kita dapat semakin mengasihi dan merindukan Dia.
Jika kita mengenal Allah harus dibuktikan dalam setiap perbuatan kita, jangan
dikatakan ‘mengenal Allah’ tetapi tidak menghormati-Nya, akibatnya menyalibkan
Tuhan untuk kedua kalinya.Setiap orang yang mengenal Pribadi Allah dengan
benar, pasti akan menghargai dan meninggikan Korban Kristus lewat praktek hidupnya
serta tidak memuja atau menyembah kepada illah lain Kita ambil contoh dari
Abraham yang adalah "sahabat Allah" oleh penundukan diri serta
ketaatannya kepada Allah, anda juga dapat mengenal Allah serta mengalami
pengasihan, damai sejahtera, dan berkatNya. Mengenal Allah dengan
sungguh-sungguh menundukkan diri kepadaNya adalah pengalaman yang paling
penting dalam hidup kita.
Betapa indahnya bahwa Allah menyatakan diriNya kepada
orang-orang yang mencariNya dengan segenap hati. Bilamana kita berpaling dari pada
jalan yang sesat dan sungguh-sungguh menundukkan diri kepadaNya, RohNya akan
tinggal di dalam anda. Tidak ada sesuatupun yang dapat memisahkan anda dari
kasihNya selagi kita mempencayai janji janjiNya dan mengikutiNya dengan
ketaatan. Anda akan menemukan bahwa la menebus anda dengan harga mahal, dan
Allah akan menginginkan persekutuan dengan kita.
B. Pokok Pokok Pikiran
1. Perbuatan
Baik Sebagai Bukti Keselamatan
2. Perbuatan
Baik: Ajaran Paulus Versus Yakobus
3. Orang
Kristen Sebagai Terang Dunia
4. Aplikasi
Perbuatan Baik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hidup kekal dan Perbuatan Baik
Perbuatan baik
merupakan suatu tindakan yang diharapkan setiap orang. Karena tindakan ini
sangat menyentuh hati banyak orang, maka tidak mengherankan jika perbuatan baik
dijadikan kelompok tertentu sebagai alat untuk memperoleh hidup kekal. Namun
Alkitab tidak sependapat dengan keyakinan sepert ini. Alkitab tidak membenarkan
dan mengajarkan pekerjaan baik sebagai sarana untuk memperoleh hidup kekal.[1]
Pernyataan bahwa “hidup
kekal itu sepenuhnya anugerah Allah” tidak serta merta diterima para
teolog. Ada kelompok Kristen yang mempercayai bahwa ada partisipasi manusia
dalam memperoleh hidup kekal, dan tanpa partisipasi itu niscaya manusia
memperoleh hidup kekal. Pandangan ini pertama kali digagas oleh Arminius yang
kemudian Lima Pokok Armenianisme dituliskan sebagai rangkuman ajarannya. Dalam
rangkuman itu diuraikan bahwa karena manusia memiliki partisipasi dalam
memperoleh keselamatan, oleh karena itu keselamatan juga bergantung pada
tiap-tiap orang untuk memeliharanya. Dengan kata lain jika seseorang itu lalai,
tidak setia dan taat, maka keselamatan itu bisa hilang. Ajaran ini menitik
beratkan tanggungjawab manusia.[2]
Di pihak lain ada
kelompok yang sepenuhnya mempercayai apa yang Paulus katakan bahwa hidup kekal
itu murni anugerah Allah melalui iman yang diberikan kepada manusia. Manusia
merupakan penerima anugerah itu dan ia tidak memiliki setitik partisipasi pun
untuk mendapatkannya. Kelompok yang mempercayai ajaran ini kemudian merangkum
ajarannya sebagai respon pada lima pokok Arminianisme yang dinamakan sebagai
Lima Pokok Kalvinisme. Sebenarnya Yahanes Kalvin bukanlah orang yang menggagas
rangkuman ajaran ini. Yohanes Kalvin mencatat banyak pokok penjelasan firman
Allah tersebar dalam tulisannya, tetapi pengikut ajaran Kalvinisme merangkum
tulisannya dan memberi judul Lima Pokok Kalvinisme. Kedua pandangan ini telah
tersebar dan dianut berbagai gereja di seluruh dunia, baik di kalangan Reformed
dan Dispensasional dan ajaran ini telah mewarnai penjelasan firman Allah yang
diberitakan di setiap gereja.[3]
B. Perbuatan
baik sebagai
Setelah membaca
penjelasan diatas, mungkin timbul suatu pertanyaan, jika keselamatan itu murni
karya Allah, apakah peran dari perbuatan baik dalam kehidupan orang Kristen?
Kenapa orang Kristen diperintahkan untuk melakukan perbuatan baik? Jawaban yang
benar terhadap pertanyaan ini akan memberikan fondasi penting dalam perjalanan
kehidupan seorang Kristen. Namun sebaliknya, jika jawaban itu keliru, akan
membawa kehancuran pada perjalanan kerohaniannya.[4]
Banyak orang berpikir
bahwa manusia itu pada dasarnya dilahirkan baik, dan ia menjadi jahat akibat
lingkungan yang telah mempengaruhinya. Benarkah pernyataan ini? Untuk
mematahkan argumentasi ini, mari perhatikan apa yang terjadi pada keluarga Adam
dan Hawa yang merupakan keluarga pertama di dunia ini. Mereka memiliki anak
laki-laki yang bernama Habel dan Kain.Jika memang lingkungan yang mempengaruhi
seseorang berbuat dosa, bisa dikatakan keluarga ini tidak memilki lingkungan
dimana mereka bisa melihat kejahatan dan keboboran orang lain yang berakibat
buruk pada mereka. Namun yang pasti tabiat berdosa seperti rasa cemburu dan
dengki yang merupakan sifat alami atau tabiat yang diakibatkan kejatuhan Adam
dan Hawa telah diturunkan kepada anak-anak mereka. Akitabnya, pembunuhan
pertama yang sangat tragis terjadi pada keluarga Adam dan Hawa dimana Kain
membunuh adiknya sendiri, Habel, dan menguburnya sendiri. Dan ketika Allah
mengkonfrontasi Kain tentang adiknya, ia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa
di antara mereka. Inilah bukti bahwa manusia telah memiliki sifat dan tabiat
berdosa, dan kejahatan manusia bukanlah akibat lingkungan yang buruk dan jahat,
karena Kain dan Habel hidup ketika masih belum ada lingkungan yang mempengaruhi
mereka.[5]
Kejatuhan manusia ke
dalam dosa menjadikan manusia tidak lagi mampu untuk melakukan perbuatan baik
atau kebajikan sejati yang sesuai dengan standar Allah (Ini tidak berarti
manusia tidak bisa berbuat baik kepada sesama manusia mampu melakukan itu,
tetapi sebesar apapun pekerjaan baik yang diperbuat, tidak akan pernah menjadi kebajikan sejati yang bisa menyelamatkan diri mereka sendiri).[6]
Allah mengetahui
bahwa manusia itu tidak akan mampu mengerjakan perintah Allah dengan sempurna
sehingga Ia menjanjikan Mesias yang akan mati sebagai pengganti manusia untuk
menebus mereka dari dosa.Kristus adalah Mesias yang dijanjikan Allah.[7]
Dialah yang mampu mengerjakan
semua tuntutan perintah Allah agar manusia itu bisa diselamatkan dan memperoleh
hidup kekal. Dan inilah yang Paulus katakan sebagai anugerah Allah kepada
manusia melalui iman dalam Yesus Kristus. Mereka yang telah percaya pada
Kristus sadar bahwa bukan karena usaha keras dan perbuatan baik sehingga mereka
memperoleh hidup kekal tetapi karena Allah mengasihi dan menganugerahkan
keselamtan itu kepada mereka. Setiap orang percaya harus berkomitmen dan
berdedikasi untuk itu. Semakin dewasa kerohanian seseorang akan semakin tinggi
dedikasinya untuk melakukan perbuatan baik. Pekerjaan baik sedemikian merupakan
suatu aplikasi ketaatan seseorang pada apa yang diterima dan dipelajari dari
firman Allah. Dengan sadar, sesulit apapun perintah Allah ia harus belajar
menaatinya sesempurna mungkin, dan Roh Kudus akan memampukannya untuk terus
menaati firman Allah. Ini merupakan buah pembaharuan dalam diri seorang
percaya. Seperti Paulus berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah cipataan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang”.[8]
Jika sebelumnya tidak
pernah berkeinginan untuk melakukan perbuatan baik, maka ia berubah dan
berdedikasi untuk itu. Pengalaman seperti ini pasti dirasakan setiap orang
percaya. Seorang yang tadinya jahat berubah menjadi pelaku kebaikan, tadinya
pemarah berubah menjadi lemah lembut, tadinya kejam berubah menjadi penuh
kasih, tadinya tidak memperdulikan orang lain berubah menjadi penuh perhatian
dan pendoa yang luar biasa bagi orang lain. Semua ini merupakan pembaharuan
dalam diri orang percaya.[9]
C.
Perbuatan baik ajaran paulus versus yakobus
Sekelompok orang
beranggapan bahwa tulisan Paulus yang menekankan keselamatan merupakan anugrah
Allah oleh iman, bertentangan dengan tulisan Yakobus yang menekankan perbuatan
baik. Salah seorang tokoh reformasi, Martin Luther memiliki anggapan seperti
ini. Seperti diketahui, sebelumnya ia merupakan seorang penganut ajaran katolik
Roma yang gigih dan setia. Ketika ia percaya pada Yesus, ia ingin meninggalkan
kebiasaan dan pengertian yang dianut sebelumnya. Sebagai akibatnya ia melihat
ada suatu kontradiksi antara tulisan Paulus dan Yakobus.[10]
Jika memang demikian
maka sangat jelas bahwa apa yang Paulus tegaskan dalam tulisannya tidak
bertentangan dengan apa yang dituliskan Yakobus. Baik Paulus dan Yakobus
sama-sama menekankan bahwa perbuatan baik itu merupakan bukti seseorang telah
memiliki iman. Seorang Kristen tidak bisa berkata, “yang penting saya
memiliki iman kepada Yesus dan itu sudah cukup, dan saya tidak memperdulikan
hal perbuatan baik.” [11]
Maka Yakobus akan
meresponi, jika memang demikian sebenarnya engkau tidak memiliki iman sama
sekali atau engkau masih seorang yang belum percaya. Apa yang diutarakan Paulus
dan Yakobus tidak mungkin bertentangan karena mereka menulis dibawah pimpinan
Roh Kudus yang tidak mungkin melakukan kesalahan dan kekeliruan.Paulus
menginginkan orang-orang Kristen mengerti bahwa imanlah yang menyelamatkan,
sementara Yakobus menekankan bahwa orang-orang Kristen harus mengaplikasikan
iman itu dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan perbuatan baik.[12]
D. Orang
kristen sebagai terang dunia
Ketika umat Kristen
telah mengetahui dengan benar bahwa keselamatan itu bukan hasil usaha atau
perbuatan mereka, maka umat Kristen harus menyadari juga bahwa Allah yang sama
memberikan perintah agar mereka juga melakukan perbuatan baik. Semakin dewasa
iman dan kerohanian seseorang maka semakin mudah bagi mereka untuk melakukan
perbuatan baik bagi sesama jemaat maupun di luar jemaat. [13]
Seperti Paulus
berkata, “Janganlah kita jemu-jemu
berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai,
jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi
kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada
kawan-kawan kita seiman” [14]
BEBERAPA CONTOH DALAM ALKITAB
Alkitab mencatat
banyak contoh tentang mereka yang melakukan perbuatan baik sebagai bukti iman
dan keselamatan yang mereka miliki. Berikut ini ada tiga contoh yang bisa
dipertimbangkan.[15]
(1)
Dorkas.
“Di
Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita – dalam bahasa Yunani Dorkas.
Perempuan itu banyak sekali berbuat
baik dan memberi sedekah”. Di masa itu, para janda merupakan kelompok
orang-orang lemah dan kurang diperdulikan. Kematian suami seorang janda telah
mengubah statusnya dan menjadi kurang diharga dan diterima masyarakat. Dorkas
melakukan perbuatan baik kepada para janda dimana ia membuatkan baju dan
pakaian bagi mereka dan perbuatan ini baru diketahui orang banyak ketika ia
meninggal dunia.[16]
(2)
Febe.
“Aku
meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang melayani jemaat di
Kengkrea, supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi
orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab
ia sendiri telah memberikan bantuan
kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri”.Para komentator mempercayai Febe sebagai seorang
diakenes yang melayani Tuhan. Meskipun seorang wanita, namun ia dapat
dipercaya. Banyak penafsir Alkitab mempercayai Febe adalah orang yang membawa
surat Paulus kepada jemaat Roma. Febe menginginkan orang Roma memiliki
kebenaran Firman Allah dan ia melakukan perjalanan yang begitu jauh Kengkrea
menuju Roma.[17]
(3)
Epafras.
“Salam
dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang
selalu bergumul dalam doanya untuk kamu,
supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang
berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah. . . . , bahwa ia
sangat bersusah payah untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan
Hierapolis”.Epafras adalah
seorang pelayan yang memperdulikan pertumbuhan kerohanian orang lain. Dia mau
bergumul dalam doa untuk orang lain. Ia seorang jemaat yang terbeban untuk
pelayanan dan merindukan pertumbuhan iman umat Tuhan. Dia mau bersusah payah bagi orang lain
yaitu jemaat Laodikia dan Hierapolis.[18]
E. Aplikasi
perbuatan baik
Semua orang Kristen
sama seperti Dorkas, Febe atau Epafras, mereka diselamatkan oleh karena iman
percaya mereka pada Yesus. Mereka adalah manusia biasa, namun berbeda dalam
demonstrasi bukti iman mereka dengan melakukan pekerjaan baik bagi orang lain.
Perbedaan mereka dengan banyak orang yang menamakan diri sebagai orang Kristen
adalah bahwa mereka mau bersusah payah bagi orang lain, sementara banyak orang
Kristen tidak pernah mau menunjukkan bukti keselamatannya, bahkan sebaliknya, banyak
orang mengeluh terhadap prilaku dan perbuatan mereka, baik dilingkungan gereja
dan masyarakat. Coba pikirkan, setelah bertahun-tahun menjadi pengikut Kristus,
pekerjaan baik apa yang telah kamu lakukan dalam lingkungan gereja? Jika jujur
pada diri sendiri, justru orang Kristen sering membuat orang Kristen lainnya
tersandung dan meninggalkan persekutuan Kristen. Yang sepatutnya harus menjadi
teladan dan motivator bagi orang lain, malah menjadi sumber masalah dalam
lingkungan gereja dan kekristenan.[19]
Terkadang ada orang
Kristen bertanya dalam hatinya, perbuatan baik apa yang harus diperbuatnya bagi
anggota jemaat atau orang lain. Sering orang Kristen mencoba memikirkan hal-hal
yang besar, namun hal-hal kecil sekalipun tidak diperdulikan. Lihat disekitar
kamu sendiri, jika kamu seorang pimpinan, apakah kamu perduli dengan bawahan
kamu sendiri? Apa kamu memiliki komunikasi dengan mereka demi terciptanya suatu
komunitas yang sehat dan harmonis sebagai umat Tuhan? Apakah kamu sudah menjadi
seorang teladan dan motivator bagi mereka yang bekerja dengan kamu sebagai
teman sekerja? Anehnya mereka yang gagal sebagai teladan dan motivator sering
mengharapkan orang lain menjadi teladan dan motivator dan terus mengkritisi
orang lain tanpa melihat dirinya sendiri dan kesalahan serta kegagalan yang
telah diperbuatnya. Terkecuali merendahkan diri dihadapan Allah dan sadar akan
segala kesalahan dan kegagalan diri sendiri, maka orang Kristen sedemikian
tidak akan pernah berubah dan ia tidak akan bisa bersinar sebagai terang bagi
orang-orang di sekitarnya.[20]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari perbuatan
dosa, baik itu dosa perbuatan maupun dosa pikiran yang sering kita lakukan.
Sehingga, kita kadang-kadang menjadi jauh dan sangat jauh dari apa yang
seharusnya tidak kita lakukan dimana kita sulit bertumbuh dalam pengenalan akan
Allah. Oleh karena itu, mengenal akan kebesaran Allah yang telah mengasihi kita
dan kita mau belajar akan firman Tuhan, maka apapun yang kita hadapi akan merasa
ringan, teratasi dan lain sebagainya oleh karena adanya campur tangan dari
ALLAH sebagai Bapa yang tidak pernah lupa akan anak-anak-Nya yang mau mengenal
dan belajar untuk mrngasihi-Nya.
Daftar Pustaka
Elizabeth K.
Nottingham. Agama Dan Masyarakat,
jogjakarta. PT. Tiara Wacana: 1999.
Taufik Abdullah. Metodologi Penelitian Agama,jakarta. PT.
Raja Grafindo offset: 2000.
Dewan Redaksi
Kompak.kasih Allah Kepada Kita,
jakarta. BPK GUNUNG MULIA: 1972.
Frithjof Schuon. Mencari Titik Temu Agama-Agama. jakarta. Pustaka Firdaus.
Ahmad Deeda. Penyaliban Yesus.Jogjakarta. Menara Kudus:2000.
[1] Ahmad Deeda. Penyaliban
Yesus. (Jogjakarta. Menara Kudus:200). Hal. 24
[2] Ahmad Deedad. Penyaliban,,, Hal.
24
[3] Ibid, Hal. 25
[4]. Frithjof Schuon. Mencari Titik Temu Agama-Agama.
(jakarta. Pustaka Firdaus:2003)58
[5] Frithjof Schuon. Mencari,,,Hal.
59
[6] Ibid, Hal. 59
[7] Ibid, Hal. 60
[8] Ibid, Hal. 62
[9] Ibid, Hal. 63
[10] Dewan Redaksi Kompak.kasih
Allah Kepada Kita,( jakarta. BPK GUNUNG MULIA: 1972). Hal. 43
[11] Dewan Redaksi Kompak.kasih,,,Hal. 44
[12] Ibid,Hal. 44
[13] Taufik Abdullah. Metodologi
Penelitian Agama,(jakarta. PT. Raja Grafindo offset: 2000). Hal. 56
[14] Taufik Abdullah. Metodologi,,,
Hal. 57
[15] Ibid, Hal. 87
[16] Ibid, Hal. 88
[17] Ibid, Hal 90
[18] Ibid, Hal. 92
[19] Elizabeth K. Nottingham. Agama
Dan Masyarakat,( jogjakarta. PT. Tiara Wacana: 1999). Hal. 89
[20] Elizabeth K. Nottingham. Agama,,,Hal. 90
No comments:
Post a Comment