Reaksi kimia merupakan reaksi
senyawa dalam larutan (air). Perubahan yang terjadi adalah bukti terjadinya
reaksi kimia. Dalam ilmu kimia, reaksi merupakan salah satu cara untuk
mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu atau berbagai zat. Perubahan dalam
reaksi kimia dapat berupa perubahan warna, timbulnya panas, timbulnya gas,
terjadinya endapan dan sebagainya. Reaksi kimia secara umum dibagi 2, yaitu
reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Pada reaksi redoks terjadi perubahan biloks
(bilangan oksidasi), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan
biloks. Keduanya ini terdapat ke dalam 4 tipe reaksi, yaitu :
1.
Reaksi Sintetis
Reaksi dimana dua atau lebih zat
tunggal dalam suatu reaksi kimia (kombinasi, komposisi).
·
Unsur + Unsur à
Senyawa, misal : Fe + S àFeS
·
Senyawa + Senyawa à
Senyawa yang lebih kompleks, misal: O
à
2.
Reaksi Dekomposisi
Reaksi yang menghasilkan dua atau
lebih zat yang terbentuk dari suatu zat tunggal.
Senyawa à
Dua atau lebih zat yang lebih sederhana,
misal: à
3.
Reaksi Penggantian Tunggal
Reaksi dimana suatru unsur
menggantikan unsure lainnya. Misal :
à
4.
Reaksi Penggantian Ganda
Reaksi dimana ion-ion positif dari
dua senyawa saling dipertukarkan. Misal :
à
Cara teringkas untuk memberikan
suatu reaksi kimia adalah dengan menulis suatu persamaan kimia berimbang yang
merupakan pernyataan kualitatif maupun kuantitatif mengenai pereaksi yang
terlibat. Tiap zat diwakili oleh rumus molekulnya. Menyatakan banyaknya
atom-atom dari tiap macam dalam suatu satuan zat itu. Rumus molekulnya
merupakan kelipatan bilangan bulat rumus emperis zat itu yang menyatakan
Jumlah minimal yang mungkin dalam
perbandingan yang benar atom-atom dari tiap macamnya. Tiga kelas umum reaksi
yang dijumpai dengan melaus dalam kimia ialah reaksi kombinasi langsung, reaksi
penukargantian sederhana dan reaksi penukargantian rangkap.
Hubungan kuantitatif antara pereaksi
dan hasil reaksi dalam suatu persamaan kimia berimbang memberikan dasar
stoikiometri. Perhitungan stoikiomentri mengharuskan penggunaan bobot atom
unsur dan bobot molekul senyawa. Banyaknya suatu hasil reaksi tertentu yang
menurut perhitungan akan diperoleh dalam suatu reaksi kimia rendemen teoritis
untuk suatu reaksi kimia. Penting untuk mengetahui mana yang merupakan pereaksi
pembatas yakni pereaksi yang secara teoritis dapat bereaksi sampai habis,
sedangkan pereaksi-pereaksi lain berlebih.
(Keenan, 1984)
Jika terjadi reaksi kimia, dapat
diamati tiga macam perubahan :
a. Perubahan Sifat
b. Perubahan Susunan
c. Perubahan Energi
Semua perubahan kimia tentu induk
pada hukum pelestarian hukum energi dan hukum pelestarian energi massa. Susunan
senyawa kimia tertentu oleh hukum susunan pasti dan hukum perbandingan berada.
Azas fundamental yang mendasari
semua perubahan kimia merupakan daerah kimia teoritis, korelasi antara konsep
unsur dan senyawa dengan keempat hukum tersebut diatas diperoleh dalam Teori
Asam Dalton, teori modern pertama mengenai atom dan molekul sebagai partikel
fundamental dari zat-zat yang tumbuh dari teori ini antara lain adalah skala,
bobot atom relatif unsur-unsur dilarutkan menurut bertambahnya bobot atom,
munculnya unsur-unsur secara teratur dengan sifat-sifat tertentu mendorong
meddeleu menyusun tabel berkala dari unsur-unsur dan meramalkan adanya beberapa
unsur yang belum diketahui. Bayaknya dan dari situ proporsi relatif sebagai
atom dalam satuan terkecil senyawa diberikan oleh rumus senyawa, dalam mana
digunakan lambang unsur kimia itu.
(Keenan, 1984)
Teori Asam-Basa
1. ARRHENIUS
Menurut teori
Arrhenius, zat yang dalam air menghasilkan ion H + disebut asam dan
basa adalah zat yang dalam air terionisasi menghasilkan ion OH - .
HCl à
H + + Cl -
NaOH à
Na + + OH -
Meskipun
teori Arrhenius benar, pengajuan desertasinya mengalami hambatan berat karena
profesornya tidak tertarik padanya. Desertasinya dimulai tahun 1880, diajukan
pada 1883, meskipun diluluskan teorinya tidak benar. Setelah mendapat bantuan
dari Van’ Hoff dan Ostwald pada tahun 1887 diterbitkan karangannya mengenai
asam basa. Akhirnya dunia mengakui teori Arrhenius pada tahun 1903 dengan
hadiah nobel untuk ilmu pengetahuan.
Sampai sekarang
teori Arrhenius masih tetap berguna meskipun hal tersebut merupakan model
paling sederhana. Asam dikatakan kuat atau lemah berdasarkan daya hantar
listrik molar. Larutan dapat menghantarkan arus listrik kalau mengandung ion,
jadi semakin banyak asam yang terionisasi berarti makin kuat asamnya. Asam kuat
berupa elektrolit kuat dan asam lemah merupakan elektrolit lemah. Teori
Arrhenius memang perlu perbaikan sebab dalam lenyataan pada zaman modern
diperlukan penjelasanyang lebih bisa diterima secara logik dan berlaku secara
umum. Sifat larutan amoniak diterangkan oleh teori Arrhenius sebagai berikut:
NH 4 OH à
NH 4 + + OH
-
Jadi menurut
Svante August Arrhenius (1884) asam adalah spesi yang mengandung H +
dan basa adalah spesi yang mengandung OH -, dengan asumsi bahwa
pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat asam dan basa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
Asam ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion H+ . Basa ialah senyawa yang dalam
larutannya dapat menghasilkan ion OH - .
Contoh:
1) HCl(aq)
à
H + (aq) + Cl - (aq)
2) NaOH(aq)
à
Na + (aq) + OH - (aq)
2.
BRONSTED-LOWRY
Asam ialah proton donor, sedangkan
basa adalah proton akseptor. Teori asam basa
dari Arrhenius ternyata tidak dapat berlaku untuk semua pelarut, karena khusus
untuk pelarut air. Begitu juga tidak sesuai dengan reaksi penggaraman karena
tidak semua garam bersifat netral, tetapi ada juga yang bersifat asam dan ada
yang bersifat basa.
Konsep asam
basa yang lebih umum diajukan oleh Johannes Bronsted, basa adalah zat yang
dapat menerima proton. Ionisasi
asam klorida dalam air ditinjau sebagai perpindahan proton dari asam ke basa.
HCl + H2O
à
H3O + + Cl -
Demikian
pula reaksi antara asam klorida dengan amoniak, melibatkan perpindahan proton
dari HCl ke NH 3 .
HCl + NH3
⇄
NH4 + + Cl -
Ionisasi
asam lemah dapat digambarkan dengan cara yang sama.
HOAc + H2O
⇄
H3O + + OAc -
Pada tahun
1923 seorang ahli kimia Inggris bernama T.M. Lowry juga mengajukan hal yang
sama dengan Bronsted sehingga teori asam basanya disebut Bronsted-Lowry. Perlu
diperhatikan disini bahwa H + dari asam bergabung dengan molekul air
membentuk ion poliatomik H 3 O + disebut ion Hidronium.
Reaksi umum
yang terjadi bila asam dilarutkan ke dalam air adalah:
HA + H2O
⇄
H3O + + A -
asam basa
asam konjugasi basa konjugasi
Penyajian
ini menampilkan hebatnya peranan molekul air yang polar dalam menarik proton
dari asam.
Perhatikanlah
bahwa asam konjugasi terbentuk kalau proton masih tinggal setelah asam
kehilangan satu proton. Keduanya merupakan pasangan asam basa konjugasi yang
terdi dari dua zat yang berhubungan satu sama lain karena pemberian proton atau
penerimaan proton. Namun demikian disosiasi asam basa masih digunakan secara
Arrhenius, tetapi arti yang sebenarnya harus kita fahami.
Johannes N.
Bronsted dan Thomas M. Lowry membuktikan bahwa tidak semua asam mengandung ion
H + dan tidak semua basa mengandung ion OH - .
Bronsted –
Lowry mengemukakan teori bahwa asam adalah spesi yang memberi H + (
donor proton ) dan basa adalah spesi yang menerima H + (akseptor
proton). Jika suatu asam memberi sebuah H + kepada molekul basa,
maka sisanya akan menjadi basa konjugasi dari asam semula. Begitu juga bila
basa menerima H + maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa
semula.
Teori
Bronsted – Lowry jelas menunjukkan adanya ion Hidronium (H3O+)
secara nyata.
Contoh:
HF
+ H2O ⇄
H3O+ + F–
Asam
basa asam konjugasi basa konjugasi
HF merupakan
pasangan dari F - dan H 2 O merupakan pasangan dari H3O
+ .
Air
mempunyai sifat ampiprotik karena dapat sebagai basa dan dapat sebagai asam.
HCl + H2O
à
H3O+ + Cl-
Asam
Basa
NH3
+ H2O ⇄
NH4+ + OH -
Basa
Asam
Manfaat dari
teori asam basa menurut Bronsted – Lowry adalah sebagai berikut:
1)
Aplikasinya tidak terbatas pada
pelarut air, melainkan untuk semua pelarut yang mengandunh atom Hidrogen dan
bahkan tanpa pelarut.
2)
Asam dan basa tidak hanya berwujud
molekul, tetapi juga dapat berupa anion dan kation.
Contoh lain:
1)
HAc(aq) + H2O(l) à
H3O+(aq) + Ac-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 HAc dengan Ac - merupakan pasangan
asam-basa konyugasi. H3O+ dengan H2O merupakan
pasangan asam-basa konyugasi.
2)
H2O(l) + NH3(aq) à
NH4+(aq) + OH-(aq)
asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 H2O dengan OH- merupakan
pasangan asam-basa konyugasi.
NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa
konyugasi.
Pada contoh di atas terlihat bahwa
air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton
akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).
Penulisan Asam Basa Bronsted Lowry
3. G. N. Lewis
Selain dua
teori mengenai asam basa seperti telah diterangkan diatas, masih ada teori yang
umum, yaitu teori asam basa yang diajukan oleh Gilbert Newton Lewis ( 1875-1946 )
pada awal tahun 1920. Lewis lebih menekankan pada perpindahan elektron bukan
pada perpindahan proton, sehingga ia mendefinisikan : asam penerima pasangan
elektron dan basa adalah donor pasangan elekton. Nampak disini bahwa asam
Bronsted merupakan asam Lewis dan begitu juga basanya. Perhatikan reaksi
berikut:
Reaksi
antara proton dengan molekul amoniak secara Bronsted dapat diganti dengan cara
Lewis. Untuk reaksi-reaksi lainpun dapat diganti dengan reaksi Lewis, misalnya reaksi
antara proton dan ion Hidroksida:
Ternyata
teori Lewis dapat lebih luas meliput reaksi-reaksi yang tidak ternasuk asam
basa Bronsted-Lowry, termasuk kimia Organik misalnya:
CH3+
+ C6H6 ⇄
C6H6 + CH3+
Asam ialah akseptor pasangan
elektron, sedangkan basa adalah Donor pasangan electron
Asam
lewis
Asam
Basa
sama2
ReplyDeleteterma kasih atas kunjungannya
sering-sering mampir di blog ya saya