BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial, karena manusia membutuhkan keberadaan interaksi kepada sesama sebagai
penunjang dalam potensi rasa solidaritas dan kebersamaan dengan adanya rasa
saling membutuhkan. Keragaman jenis dan suku membuat klarifikasi yang terkadang
menimbulkan intimidasi pada beberapa pihak tertentu, sehingga tidak jarang
ditemukan adanya rasa permusuhan demi mempertahankan rasa gengsi pada setiap
jiwa manusia. Hal ini disebabkan karena manusia dalam fitrahnya adalah makhluk
yang mempunyai sisi positif dan negatif.
Akal pikiran yang menjadi kelebihan
manusia dari makhluk lainnya adalah sumber keragaman dan penyebab munculnya
perbedaan dari manusia, sehingga tidak jarang dalam pemahaman terhadap agama manusia
juga dapat berbeda keyakinan, bahkan di dalam ruang lingkup agama Islam juga
tidak jarang ditemukan perbedaan pemikiran yang menyentuh bagian ideologi atau
keyakinan dalam memahami Islam.
Umat Islam pada dasarnya mempunyai
keyakinan yang sama yaitu mempercayai bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah Allah
SWT.Dalam pemahaman terhadap Tuhan, di dalam pemikiran umat Islam sendiri
mempunyai banyak pemahaman yang berbeda, salah satu contoh adalah Ahmadiyah
Qodianiyah yang menanggap bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah sosok anak Tuhan,
serta menganggapnya sebagai seorang nabi dan rasul Allah, selain itu mereka
memahami bahwa Tuhan berlaku sama seperti makhluk lainnya yang mempunyai kebutuhan
biologis dan sebagainya.
Akan tetapi yang paling mencolok
ajaran Ahmadiyah dalam sorotan kebanyakan orang adalah bahwa Ahmadiyah
Qodianiyah tidak mengakui bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir. Hal
tersebut merupakan contoh keragaman pemikiran dan pengetahuan manusia terhadap
agama, sehingga perbedaan corak pemikiran dari manusia menimbulkan aneka ragam
pemahaman yang tidak jarang bertentangan
Pada dewasa ini, kemajuan zaman seakan
membawa manusia dalam taraf hidup yang
serba canggih, karena hampir di segala aspek kehidupan manusia dimanjakan oleh
hebatnya ilmu pengetahuan dalam bentuk teknologi. Hal ini menimbulkan
kesenjangan antara kebutuhan konsumsi manusia terhadap agama yang merupakan
budaya lama dan budaya yang baru berbentuk kemajuan zaman, sehingga terjadi
cultural lag (ketimpangan budaya) antara keduanya yang salah satu dampak
negatifnya adalah dekadensi moral
Nabi Muhammad SAW yang merupakan
seorang revolusioner budaya Arab yang penuh dengan kekacauan menuju kepada
keteraturan melalui ajaran yang dibawa yaitu agama Islam, sesuai dengan
ungkapannya bahwa nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia,
secara kontekstual tidak hanya pada masa hidupnya, melainkan ajaran yang
dibawanya merupakan sebuah sarana untuk menyempurnakan nilai akhlak hingga saat
ini yaitu dengan ajaran agama Islam.
B.
Rumusan
Masalah
Menyesuaikan
dengan materi yang telah ditawarkan serta dengan judul yang diangkat, maka
makalah ini akan merumuskan pembahasan sebagai berikut:
1. Mengapa
Islam sebagai agama?
2. Mengapa
Islam berperan dalam kehidupan?
3. Mengapa
Islam diajarkan di seluruh dunia?
C.
Tujuan
Penulisan
Agar
menjadikan pembahasan makalah ini berstruktur dan sistematis, maka dengan
keterkaitan perumusan masalah, maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang hal sebagai berikut:
1. Islam
sebagai agama.
2. Peran
Islam di dalam kehidupan.
3. Ajaran
Islam di seluruh dunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Islam
Sebagai Agama
Islam
berasal dari bahasa Arab, Islam yang artinya tunduk, taat, dan patuh kepada
perintah Allah SWT, salima yang artinya selamat dan sejahtera, dan dari kata
silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri.[1]
Di dalam kamus bahasa indonesia Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad yang ajarannya berdasarkan pada Alquran dan Hadis.[2]
Menurut Khurshid Ahmad dalam bukunya
Prinsip-prinsip Pokok Islam, memberikan definisi bahwa islam adalah penyerahan
diri dan kepatuhan secara total kepada Allah, sehingga akan memperoleh
kedamaian sejati, baik kedamaian jasmani maupun rohani.[3]
Menurut Muhammad dalam bukunya
Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum,
mendefinisikan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia
melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan segitiga
antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan
manusia dengan alam semesta.[4]
Sedangkan menurut Muhaimin dalam
bukunya Kawasan dan Wawasan Studi Islam, memberikan definisi bahwa Islam adalah
penyerahan diri kepada Tuhan, mengajak kepada perdamaian dan keamanan dengan
Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam, serta bersih dan selamat dari
kecacatan, sehingga akan memperoleh kenikmatan dunia dan akhirat.[5]
Dengan demikian, Islam adalah agama
yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya yang mengajarkan
pemeluknya menyebarkan kedamaian kepada diri sendiri, sesama manusia dan
lingkungan sekitarnya, serta tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT dan
memberikan seluruh jiwanya kepada Allah.
Muhammad Ali menyatakan bahwa Islam
sebagai agama merupakan bentuk agama yang mengajak kepada perdamaian dan
kerukunan atau persatuan.[6]
Pemahaman terhadap agama yang merupakan sumber keteraturan dalam kehidupan
manusia, merupakan keyakinan yang secara simbolis terhadap keinginan manusia
akan kebahagiaan yang diinginkan.
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan
bahwa Islam sebagai agama adalah suatu kumpulan peraturan yang ditetapkan Allah
untuk menuntun para umatnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[7]
Islam itu merupakan suatu aturan yang akan mengatur jalan hidup penganutnya,
agar menuju kebenaran yang hakiki.
Dengan demikian Islam sebagai agama
merupakan sebuah keteraturan hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi
perdamaian, penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai
dan menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya keseimbangan dalam
menjalankan hidup.
B.
Peran
Islam di dalam Kehidupan
Dapat
dipahami bahwa peran berada di dalam struktur, seperti contoh di dalam tubuh
manusia terdapat organ tubuh yang mempunyai fungsi masing-masing, sehingga
organ tubuh manusia merupakan sebuah kesatuan yang dapat disebut dengan
struktur, setiap fungsi yang saling berkaitan disebut peran, sehingga jika
diartikan secara lebih luas maka peran merupakan bentuk kesatuan komponen yang
berstruktur dan saling memberikan manfaat satu dengan yang lainnya.[8]
Agama dapat disimpulkan sebagai sumber
sistem nilai dan merupakan petunjuk, pedoman, dan pendorong atau motivasi bagi
manusia untuk memecahkan segala bentuk permasalahan dalam setiap aspek
kehidupan, dalam kata lain agama menjadi solusi dalam setiap permasalahan
manusia sehingga agama dapat terbentuk ke dalam setiap pola hidup, tujuan
hidup, dan perilaku atau tingkah laku manusia yang dilakukan manusia karena
menginginkan serta mengharapkan keridhaan dari Tuhan yang diyakini dapat
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan yang diharapkan.[9]
Secara antropologis atau memandang
dari segi budaya, kata Islam telah menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk
yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, keadaan ini memunculkan pemahaman terhadap
orang atau manusia yang tidak patuh adalah bentuk dari penolakan terhadap
fitrah manusia.
Islam merupakan keyakinan berdasarkan
kedamaian dan kepasrahan hanya kepada Allah, sesuai dengan ajaran para
nabi-Nya, dan yang sangat penting bagi agama Islam adalah ajaran tauhid atau
mengesakan Allah, keyakinan serta kepercayaan yang mengajarkan bahwa hanya ada
satu Allah yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu yang ada, dan tujuan dari
cara hidup agama Islam adalah menjalani kehidupan sesuai dengan keyakinan tersebut
agar dapat memperoleh kebahagiaan serta kesejahteraan di dunia atau di akhirat.[10]
Ahmad Khan menyatakan bahwa ukuran
untuk menilai kebenaran agama adalah apakah agama sesuai dengan fitrah manusia
(natural dispotition of man) atau dengan alam (nature), jika sesuai maka agama
tersebut adalah benar, dan adanya kesesuaian tersebut merupakan tanda bahwa
agama tersebut benar berasal dari Tuhan, dan untuk menguji kebenaran Islam
apakah sesuai dengan hakikat manusia, maka Ahmad Khan meyakini bahwa agama Islam
sesuai dengan hakikat manusia karena Islam merupakan agama yang ditetapkan oleh
Allah melalui rasul-Nya, dan bukan agama yang dibentuk oleh para penyiarnya.[11]
Dapat disimpulkan dari uraian di atas
tentang peranan agama bagi manusia serta Islam sebagai agama yang menjadi
sumber keteraturan hidup manusia, sehingga dapat dipahami bahwa manusia
membutuhkan keteraturan dalam kehidupannya agar dapat memperoleh kebahagiaan
yang dicita-citakan, oleh karenanya agama merupakan kebutuhan manusia pada
dasarnya untuk memperoleh keteraturan, di dalam ajaran Islam yang secara
keseluruhan terkodifikasi di dalam Alquran dan pesan nabi Muhammad SAW dalam
bentuk Hadis.
Peran agama Islam dalam kehidupan
adalah menjadikan aqidah sebagai paradigma pengetahuan, karena hal tersebut
seharusnya dimiliki oleh umat Islam, agama Islam telah menyatakan bahwa aqidah
merupakan substansi serta landasan pemikiran dan sebagai standar segala ilmu
pengetahuan.[12]
Oleh karenanya, perintah mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah
mengesakan Tuhan dan menghindari syirik (mempersekutukan Tuhan), hal ini
disebabkan antara tauhid dan syirik merupakan dua hal yang berlawanan akan
tetapi tidak dapat dipisahkan.[23]
Aqidah atau iman merupakan pondasi
dalam kehidupan umat Islam, adapun ibadah merupakan bentuk manifestasi dari
iman tersebut, dan kualitas iman dapat diukur dari pelaksanaan ibadah secara
sempurna dan realisasi syariat (aturan) di dalam kehidupan, aqidah dan ibadah
bukan hal yang bersifat ritual atau doktrin yang tidak mempunyai makna karena
keduanya merupakan pola hidup, dan keyakinan yang berada di dalam jiwa manusia
serta aktivitas ibadah merupakan puncak pendidikan rohani dan moral
kemanusiaan.[13]
Di dalam ajaran Islam, manusia
dianjurkan untuk berfikir dengan tujuan merenungkan dan memperhatikan alam
semesta agar dapat menambah keimanan kepada Allah, karena berfikir merupakan
salah satu fungsi akal yang dimiliki oleh manusia, sehingga sesuai dengan
predikat manusia yang oleh Allah disebutkan di dalam Alquran bahwa manusia
diciptakan agar dapat berperan sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi,
sehingga manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lainnya
karena kemampuannya untuk berfikir dengan akal yang telah diberikan Tuhan.[14]
Di dalam ajaran Islam, rukun Islam
merupakan dasar praktis dan teoritis agama Islam secara keseluruhan, dan di
dalam rukun Islam kalimat syahadat menempati urutan pertama, hal ini karena
kalimat tauhid dan pengakuan terhadap nabi Muhammad adalah dasar utama keimanan
dalam Islam, dan dua kalimat tersebut menjadi dasar pokok aqidah dan rukun
Islam yang lainnya.[15]
Para ahli ilmu pengetahuan menyatakan bahwa kelima rukun Islam saling memiliki
integritas sehingga tidak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan secara menyeluruh
tanpa dipisah-pisahkan.
Dalam sebuah penelitian, penyebab
rusaknya aqidah adalah dikarenakan beberapa faktor berikut:
1. Penyimpangan
pemikiran dari metode yang benar.
2. Penyimpangan
jiwa dari akhlak yang benar.
3. Kelemahan
iradah di hadapan penguasa (elit politik), atau kelemahan di hadapan
penguasa/tokoh masyarakat berpengaruh yang dapat mempengaruhi orang-orang yang
lemah kepada kesesatan.
Perintah mengesakan Tuhan bermakna
bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan, disebabkan manusia hanya boleh
tunduk kepada Tuhan sehingga manusia dijadikan khalifah, sehingga tauhid
mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam karena alam telah
ditundukkan oleh Allah kepada manusia, dan dari alam manusia memiliki
pengetahuan serta perkembangan teknologi karena akal yang diberikan Allah
kepada manusia.[16]
Sehingga
dapat diberikan makna bahwa peran Islam dalam kehidupan manusia adalah
terbentuknya suatu komunitas yang cenderung progresif, atau komunitas yang
dapat mengendalikan, memelihara, dan mengembangkan kehidupan dengan pengembangan
ilmu pengetahuan atau sains, hal ini tidak hanya berbentuk penguasaan dan
pengembangan sains yang termasuk amal shaleh, akan tetapi merupakan bentuk
komitmen keimanan kepada Allah.[17]
C.
Ajaran
Islam di Seluruh Dunia
Ruang
lingkup ajaran Islam tercakup ke dalam dua pedoman dasar yaitu Alquran dan
Hadis, ajaran Islam terkadang bersifat global atau secara garis besar sehingga
memerlukan interpretasi, pada dasarnya Islam diajarkan dalam 3 konteks, yaitu:[18]
1. Islam
dalam konteksnya dengan masing-masing negara;
2. Islam
dalam konteksnya dengan dunia internasional; dan
3. Islam
dalam konteksnya dan prospeknya di masa depan.
Urgensi Islam dalam kehidupan manusia
adalah memberikan penekanan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara
kehidupan duniawi dan ukhrawi (alam baka), sehingga Islam mengajarkan agar
mampu mengelola alam dengan hasil yang sesuai dengan harapan untuk kepentingan
manusia. Sehingga bagian dari tujuan luhur penciptaan harus dicapai melalui
perantara kesadaran manusia sendiri dalam pengertian bahwa manusia berperan
aktif dalam lingkup tujuan diciptakannya manusia sebagai pemimpin atau
pengelola alam.[19]Dapat
dipahami bahwa pada dasarnya yang menjadi pokok ajaran Islam adalah pengenalan
dan penetapan aqidah terhadap Tuhan, kemudian selanjutnya kepada beberapa aspek
yang menjadi penopang dalam hal tersebut.
Meski ajaran Islam bersifat universal,
tetapi di seluruh dunia umat Islam berpedoman kepada hal yang sama yaitu
Alquran dan Hadis, tetapi dalam pengembangannya dan pengertian konsepsi
kemasyarakatan tidak terlepas dari kehidupan nyata atau realitas Islam berada
dan berkembang, sehingga pengembangan dan kebijaksanaan pembinaan kehidupan
agama Islam berbeda di antara negara-negara. Perintah paling mendasar dalam
ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan mencegah melakukan perbuatan syirik.[20]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ajaran Islam di seluruh dunia adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT dan tidak
berbuat syirik, karena manusia telah diciptakan dengan tujuan sebagai pengelola
alam dengan akal pikiran yang telah diberikan Tuhan, kemudian hal tersebut
membawa manusia kepada ilmu pengetahuan dan pada akhirnya mengembalikan
pengetahuan tersebut kepada pengetahuan tentang keesaan Tuhan, dan hal ini
selanjutnya menjadikan dasar-dasar agama Islam menjadi beberapa aspek lainnya
agar Islam dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan manusia secara keseluruhan
terhadap keyakinannya kepada Allah SWT.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam sebagai agama merupakan sebuah
keteraturan hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi perdamaian,
penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai dan
menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya keseimbangan dalam
menjalankan hidup. Islam sebagai agama juga mengatur bagaimana menjalin
hubungan antara sesama, baik Muslim maupun Non-Muslim, agar terciptanya
kerukunan dan kedamaian hidup dalam masyarakat.
B.
Saran
Selayaknya
pencetus karya adalah mengharapkan karya tersebut dapat menjadi manfaat bagi
orang lain dan dirinya sendiri, seperti itu pula harapan yang ada ketika
penyusunan makalah sederhana ini. Adapun bentuk kekurangan dan kesalahan tentu
tidak akan terlepas karena merupakan sisi kemanusiaan yang mendasar dari
kejiwaan manusia, sehingga dengan bersikap bijak adalah mengharapkan motivasi
yang membangun dalam bentuk kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama
Islam, Cet. 5, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, h. 49.
Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, Tangerang: KARISMA Publishing Group, 2009, h. 229.
Khurshid Ahmad, dkk, Prinsip-prinsip Pokok
Islam, terjemahan A. Nashir Budiman dan Mujibah Utami dari judul
asli The Islamic Pondation, Jakarta: Rajawali, 1989, h. 16.
Muhammad, dan Rois Mahfud, Al-Islam:
Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang:
Setara Press, 2008, h. 4.
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi
Islam, Cet. 2, Jakarta: Kencana, 2007, h. 70-75.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,
Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008, h. 63-64.
H. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam:
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Cet. 3, Jakarta: Rajawali,
1992, h. 72.
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi
Studi Islam, Cetakan kesebelas, 2009, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 14.
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Islam, Cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 4.
Christine Huda Dodge, Memahami Segalanya
tentang Islam, pent. Moh. Anwar, dari judul asli, Everything
Understanding Islam Book, Batam: Karisma Publishing Group, 2004, h. 9.
John J. Donohue dan John L. Esposito (Peny.), Islam
dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-Masalah, pent. Machnun Husein, dari
judul asli, Islam in Transition: Muslim Perspectives, Cetakan
keempat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 63.
[7] H.
Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam: Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi, Cet. 3, Jakarta: Rajawali, 1992, h. 72.
[17] Ibid., h. 17-18.
[18] Thoyib
I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Masyarakat, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002, h. 32.
sangat bermanfaat untuk dibaca
ReplyDeletedzuhur hari ini