BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagai sebuah disiplin ilmu,
taswuf tidak dapat lepas keterkaitannya dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya,
seperti ilmui kalam, fiqh, filsafat, ilmu kejiwaan (psikologi), dan
bidang-bidang ilmu lainnya.
Pada makalah ini kami akn membahas
hubungan tasawuf dengan alah satu
ilmu-ilmu diatas, yaitu ilmu kejiwaan atau yang disebut ilmu psikologi.
Ilmu kejiwaan tersebut sangat erat
hubungannya dengan ilmu tasawuf. Kita angkat sebagai contoh misalnya, orang
yang tampak dalam kepribadiannya sebagai orang yang tenang, perilakunya juga
pasti akan menampakkan perilaku atau akhlak-akhlak yang terpuji. Dan intinya,
ia juga akn mudah dekat dengan Tuhannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tasawuf
Kata tasawuf berasaldari bahasa
Arab yang diperdebatkan asal atau akar katanya. ada yang mengatakan dari Shuf yang
artinga woll kasar, Shafa, yang
artinya bersih dan suci, Shoff, yang
artinya barisan, karena orang yang shalat di barisan pertama mendapatkan
kemulyaan dan pahala.
Menurut Ibnu Khaldun, Taswuf adalah
semacam ilmu Syari’at yang timbul kemudian di dalam agama, asalnya adalah
bertekun ibadah dan memutuskan pertalian dengan segalanya selain Allah,hanya
menghadap Allah SWT.
B.
Pengertian
Ilmu Jiwa
Kata
Psikologi mengandung kata psyche yang
dalam bahasa Yunani berarti jiwa, dan kata logos
yang dapat diterjemahkan dengan kata ilimu. dengan demikian, kita
menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian dengan pertimbangan
terdapat perbedaan yang jelas dalam maknanya, yaitu :
1. Ilmu
jiwa merupakan istilah dalam bahasa Indonesia sehari-hari dan dipahami setiap
orang sehingga kita pun menggunakannya dalam arti yang luas karena masyarakat
telah memahaminya. sedangkan kata psikologi merupakan suatu istilah ilmu
pengetahuan yang bersifat ilmiah sehingga kita manggunakannya untuk merujuk
kepada pengetahuan ilmu jiwa yang bercorak ilmiah tertentu.
2. Ilmu
jiwa yang kita artikan dalam arti yang lebih luas dari pada psikologi. ilmu
jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, dan juga meliputi
segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu. Psikologi meliputi ilmu
pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dangan metode-metoda
ilmiah yang memnuhi syarat-syarat sebagaimana disepakati oleh para sarjana
psikologi masa kini. istilah ilmu jiwa merujuk kepada ilmu jiwa pada umumnya,
sedangkan istilah psokologi merujuk kepada ilmu jiwa yang ilmiah menurut
norma-norma ilmiah modern.
C.
Hubungan
Ilmu Taswuf dengan Ilmu Jiwa (Psikologi)
Bukan merupakan suatu hal yang
berlebih-lebihan, bila kita mengatakan bahwa para sufi adalah pakar ilmu
jiwa sekaligus dokter jiwa. seringlaki datang kepada syekh-syekh sufi, orang
yang menderita penyakit kejiwaan, lalu mereka mendapatkan disisinya perasaan
santun, perhatian, rasa aman , dan ketenangan.
Inilah salah satu sebab dalam
percakapan sehari-hari, orang banyak mengkaitkan tasawuf denagn unsur kejiwaan
dalam diri manusia. Hal ini cukup beralasan mengingat dalam substansi
pembahasannya, tasawuf selalu membicarkan persoalan-persoalan yang berkisar
pada jiwa manusia. Hanya saja, ddalam jiwa yang dimaksud adalah jiwa manusia
muslim, yang tentunaya tidak lepas dari sentuhan-sentuhan keislaman. Dari
sinilah tasawuf identik dengan unsur kejiwaan manusia.
Mengingat adanya relavansi yang
sangat erat antara spiriualitas dan ilmu kejiwaan, terutama ilmu kesehatan
mental, Kajian tasawuf tidak dapat lepas dari kajian tentang kejiwaan manusia
itu sendiri.
Dalam pembahasan tasawuf
dibicarakan tentang hubunagan jiwa dengan badan agar terciptanya keserasian
diantara keduanya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para
sufi untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktekkan manusia
dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu dapat terjadi.
Dari sini baru muncul kategori-kategori perbuatan manusia sebagai perbuatan
jelak atau perbuatan baik. Jika pebuatan yang ditampilkan seseorang itu baik,
maka ia disebut orang yang berakhlak baik. sebaliknya, jika perbuatan yang
ditampilkan buruk, ia disebut orang yang berakhlak buruk.
Dalam pandangan kaum sufi, akhlak
dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwayang berkuasa atas dirinya. Jika
yang berkuasa dalam tubuhnya nafsu-nafsu hewani, yang akan tampil dalam
perilakunya adalah perilaku hewani pula. Jika yang berkuasa adalah nafsu insani,
maka yang akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku insani.
Para sufi menekankan unsur kejiwaan
dalam konsepsi tentang manusia, hal itu dapat pula berarti bahwa hakikat, zat,
dan inti kehidupan manusia terletak pada unsur spiritual dan kejiwaannya. Ditekankannya
unsur jiwa dalam konsepsi tasawuf tidak berarti bahwa para sufi mangabaikan
unsur jasmani manusia. Unsur ini juga mereka pentingkan karena rohani sangat
memerlukan jasmani dalam melaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah SWT dan
menjadi khalifah-Nya di bumi. Seseorang tidak akan sampai kepada Allah dan
beramal dengan baik dan sempurna selama jasmaninya tidak sehat. Kehidupan
jasmani yang sehat merupakan jalan kehidupan rohani yang baik. Pandangan kaum
sufi mengenai jiwa erat hubungannya dengan ilmu kesehatan mental. Ilmu
kesehatan mental ini merupakan bagian dari imu jiwa (psikologi).
Dalam ilmu psikiater dan psikoteraphy, kata
mantal sering digunakan sebagai nama lain kata personality (kepribadian), yang berarti bahwa mental adalah semua
unsur jiwa, termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan yang dalam
keseluruhannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang
menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan, dan
sebagainya.
Bagi para ahli di bidang parawatan
jiwa, terutama di Negara-negara yang telah maju, masalah mental ini talah
menarik perhatian mereka sampai jauh sekali, sehingga dapat melakukan
penelitian-penelitian ilmiah yang menghubungkan antara kelaakuan dan keadaan
mental. Mereka telah menemukan hasil-hasil yang memberikan kesimpulan tegas,
yang membagi manusia pada dua golongan besar, yakni golongan yang sehat dan
golongan yang kurang sehat.
Orang yang mentalnya sehat adalah
orang yang mampu merasakan kebahaagiaan dalam hidud karena orang-orang inilah
yang dapatmerasakan bahwa dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan
segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara yang mmbawanya pada
kebahagiaan dirinya dan orang lain. Disamping itu, ia mampu menyesuaikan diri,
yang dalam arti luas terhindar dari kegelisahan-kegelisahan dan gangguan jiwa,
serta tetap terpelihara moralnya.
Pada perilaku orang sehat mental
akan tampak sikap yang tidak ambisius, tidak sombong, rendah hati, dan apatis.
Tetapi tetap wajar, menghargai orang lain, merasa percaya diri, dan selalu
gesit. Setiap tanduk-tanduknya ditujukan untuk mencari kebahagiaan bersama,
bukan kesenangan sendiri. kepandaian dan pengetahuan yang dimilikinya digunakan
untuk meraih manfaat dan kebahagiaan bersama. kekayaan dan kekuasaan yang ada
padanya bukan untuk bermegah-megah dan mencari kesenangan sendiri tanpa
mangindahkan orang lain, tetapi digunakan untuk menolong orang miskin dan
melindungi orang lemah.
Sementara cakupan golongan yang
kurang sehat sangatlah luas, dari yang paling ringan hingga yang paling berat;
dari orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya hingga orang yang sakit
jiwa. Grjala umum yang tergolong pada orang yang kurang sehat dapat dilihat
dalam beberapa segi, anara lain :
- Perasaan, yaitu perasaan terganggu, tidak tenteram,
rasa gelisahtidak tentu yang digelisahkan, tetapi tidak dapat pula
menghilangkannya, rasa takut yang tidak masuk akalatu tidak jelas yang
ditakutinya, rasa iri, rasa sedih yang tidak beralasan, sombong, suka
bergantung pada orang lain, dan sebagainya.
- Pikiran, gangguan terhadap kesehatan mental
dapat pula mempengaruhi pikiran, misalnya anak-anak membolos sekolah,
pemalas, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya.
- Kelakuan, pada umumnya kelakuannya tidak baik,
sepeti nakal, keras kepala suka berdusta, menyeleweng, mencuri, menyiksa
orang lain, membunuh, merampok, dan sebagainy yang membuat orang lain
menderita dan haknnya teraniaya.
- Kesehatan, jasmaninya dapat terganggu, bahkan
karena adanya penyakit yang betul-betul mengenai jasmani tersebut, tetapi
sakit akibat jiwa yang tidak tenteram. Penyakit ini disebut psikosomatik. Gejala yang sering
terjadi dengan penyakit ini yaitu : sakit kepala, merasa lemas, letih,
sering masuk angin, tekanan darah tinggi, jantung sesak nafas, sering
pingsan, bahkan sampai sakit yang lebih berat, seperti lumpuh sebagian
anggota badan, lidah kelu dan sebagainya.
Berbagai penyakit yang dijalaskan
diatas sesungguhnya akan timbul pada diri manusia yang tidak tenang hatinya,
yakni hati yang jauh dari Tuhannya. Ketidak tenangan itulah memunculkan
penyakit-penyakit mental, yang pada gilirannya akan menjelma menjadi perilaku
yang tidak baik dan menyeleweng dari norma-norma umum yang di sepakati.
Harus diakui memang jiwa manusia
sering kali sakit. Ia sehat sempurna tanpa melakukan perjalanan menuju Allah
dengan benar. Jiwa manusia juga membutuhkan perilaku yang luhur, sebab
kebahagiaan tidak akan dapat dirah tanpa akhlaq yang luhur.
Bagi orang yang dekat dengan
Tuhannya, yag akan tanpa dari kepribadiannya adalah ketenangan. Perilakunya
juga akan menampakkan perilaku yang terpuji. Semua ini tergantng pada
kedekatqan manusia dengan Tuhannya. Pola kedekatan manusia dengan Tuhannya
inilah yang menjadi gerapan dalam tasawuf. Dari sinilah nampak keterkaitan erat
antara ilmi tasawuf dan ilmu kesehatan mental.
Perlu
diketahui, bahwasanya dalam diri manusia terdapat dimensi rohani yang meliputi
Hati, Roh, Nafsu, dan Akal (dalam bahasa Arab, qolb, ruh, aql, dan nafs).
Pada istilah keempat ini sudah sering muncul dalam tasawuf, kajian tasawuf tak
lepas dari pengetahuan tentang keempat istilah ini, yang termasuk dalam dunia
kerohaniahan sering dipelajari oleh kaum sufi. Tetapi belum banyak kaum sufi
dan ulama yang mengetahui secara mendetail tentang istilah ini karena arti
nama-nama tersebut satu sama lain agaknya amat sulit dan rumit untuk dibedakan,
karena itu di sini akan diuraikan terlebih dahulu akan pengertian nama-nama
tersebut.
1.
Qalb
Definisi
qolb secara fisik adalah daging sanubari (al-lahm assanubari), daging
khusus yang berbentuk seperti jantung pisang yang terletak di rongga dada sebelah
kiri yang berisi darah hitam kental. Itulah sumber nyawa dan tambangnya. Selain
manusia yang mempunyai hati hewan pun mempunyai hati yang dapat mengetahuinya
dengan panca indra pengelihatan. Adapun qalb dalam arti psikis dalam
pengertian lathifah rabbaniyyah ruhaniyyah, sesuatu yang halus
yang memiliki sifat ketuhanan dan keruhaniahan. Halus maksudnya ialah
mengemukakan sifat keadaannya, dimana kita bisa merasa sedih, duka, kesal,
gembira, kagum, hormat, benci, marah, cinta, inilah yang merupakan hakeka dari
manusia, yang dapat menerima pengetahuan, dapat beramal sekaligus menjadi obyek
perintah dan larangan dari Allah.
Menurut Imam Al-Ghazali, pertama hati yang
shahih (sehat) bisa menjadikan manusia selalu (salim) selamat. Dalam hati yang
sehat ini manusia mempunyai hal-hal kebaikan, dengan selalu mensyukuri nikmat-
Nya. Mempunyai iman yang kokoh, tidak hidup serakah, hidupnya tentram, khusu’ dalam
ibadah, banyak melakukan dzikir sehabis shalat, jika melakukan kelalaian selalu
langsung sadar, dan di dalam dirinya selalu diliputi perbuatan baik. Serta bila
salah selalu langsung bertaubat. Inikah yang diinginkan oleh Allah, dan kita
akan mudah dekat dengan-Nya.
2. Ruh
Ruh
(nyawa) dalam arti jasmani. Roh adalah
tubuh halus (jisim lathif) yang bertempat tinggal di kepala. Sumbernya
adalah lubang hati yang bertubuh, lalu tersebar dengan perantaraan urat-urat
nadi dan darah yang memanjang ke segala bagian tubuh yang lain dan mengalir ke
dalam tubuh, dengan meancarkan cahaya ke seluruh tubuh manusia. Roh
ini erat hubungannya dengan jantung, dimana ia beredar bersama peredaran darah,
sehingga kalau detak jantung sudah berhenti maka berhenti pula roh itu.
Adapun
roh dalam arti psikis adalah mengetahui dan merasa (al-lathifah al’alimah
al-mudrika minal insan) bahwa roh urusan Tuhan. Karena Tuhanlah yang
memberi pancaran cahaya untuk tubuh manusia. Dengan
demikian, roh merupakan motor penggerak dalam pendekatan diri kepada Tuhan.
Menurut kaum sufi, roh adalah penggerak ke arah kebaikan pada umumnya.
3. Nafs
Nafs
dalam
arti jasmani, nafs adalah kekuatan hawa nafsu amarah yang terletak dalam
perut manusia dan merupakan sumber bagi timbulnya akhlak tercela. Nafs menurut
kaum sufi dapat dibagi atas tiga peringkat.
Pertama,
Al-Nafs Al-Imarah bi Al-Su adalah nafsu yang memerintah atau mengajak
kepada kejahatan. Kedua, al-nafs
al-lawwamah (nafsu yang menyesali). Karena setiap kali kita melakukan dosa
ada rasa penyesalan atas perbuatan dosa. Ketiga, al-Nafs al-Muthma’innah. Ketika nafsu itu telah dapat
ditundukkan sepenuhnya, maka ia akan membawa ketenteraman bagi kehidupan.
4. Aql
Aql
dalam
arti jasmani, sebagai hati jasmani, sebagai pengetahuan tentang hakekat segala
keadaan. Maka akal ibarat dari sifat-sifat ilmu yang tempatnya terdapat dalam
hati.
Aql dalam
arti psikis ada dua pengertian, pertama
akal sebagai pengetahuan tentang hakekat segala keadaan, kedua yang
memperoleh pengetahuan batin. Meskipun demikian, sementara sufi menempatkan
akal identik dengan (perasaan batin). Aql yang kedua adalah anugerah besar dari Tuhan
kepada manusia karena tidak ada sesuatu pun yang mmelampauinya dalam memberi
manfaat dan faedah bagi manusia.
BAB
II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Kata
tasawuf berasal dari bahasa Arab yang diperdebatkan asal atau akar katanya. ada
yang mengatakan dari Shuf yang artinga woll kasar, Shafa, yang artinya bersih dan suci, Shoff, yang artinya barisan, karena
orang yang shalat di barisan pertama mendapatkan kemulyaan dan pahala
Ø Kata
Psikologi mengandung kata psyche yang
dalam bahasa Yunani berarti jiwa, dan kata logos
yang dapat diterjemahkan dengan kata ilimu
Ø Dalam
pandangan kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwayang
berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa dalam tubuhnya nafsu-nafsu hewani, yang
akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku hewani pula. Jika yang berkuasa
adalah nafsu insani, maka yang akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku insane
Ø Gejala
umum yang tergolong pada orang yang kurang sehat dapat dilihat dalam beberapa
segi, anara lain :
o
Perasaan, yaitu
perasaan terganggu, tidak tenteram, rasa gelisahtidak tentu yang digelisahkan,
tetapi tidak dapat pula menghilangkannya
o
Pikiran,
gangguan terhadap kesehatan mental dapat pula mempengaruhi pikiran, misalnya
anak-anak membolos sekolah, pemalas, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, dan
sebagainya.
o
Kelakuan, pada
umumnya kelakuannya tidak baik, yang membuat orang lain menderita dan haknnya
teraniaya.
o
Kesehatan,
jasmaninya dapat terganggu, bahkan karena adanya penyakit yang betul-betul
mengenai jasmani tersebut, tetapi sakit akibat jiwa yang tidak tenteram.
Penyakit ini disebut psikosomatik.
Ø Bagi
orang yang dekat dengan Tuhannya, yang akan tanpa dari kepribadiannya adalah
ketenangan. Perilakunya juga akan menampakkan perilaku yang terpuji
DAFATAR
PUTAKA
http://facebook.com/topic.php?uid=132058603036&topic=11801
http://sibueagenk.multuply.com/journal/item/11
http://idb4.wikispaces.com/file/view/uf4004.2.pdf
No comments:
Post a Comment