Subscribe di sini

Thursday, 2 October 2014

PENCANGKOKAN ORGAN TUBUH MAYAT


Pabrik pemrosesan mayat di Dalian yang diberi izin pendiriannya oleh Bo Xila selaku walikota Chongqing, sumber mayatnya ilegal.
Pabrik pemrosesan mayat di Dalian yang diberi izin pendiriannya oleh Bo Xila selaku walikota Chongqing, sumber mayatnya ilegal.
Pabrik bernama Hagens Biological Plasticizing (Dalian) Company yang disebut pabrik mayat,  karena sering kali mengadakan “pameran spesimen tubuh manusia” di banyak negara telah memicu kegemparan, di saat yang sama sumber material pabrik tersebut (tubuh dan organ manusia) yang berasal dari sumber yang tidak jelas juga menjadikan perusahaan tersebut menjadi topik berita hangat di berbagai media baik dalam maupun luar negeri.
Reporter tabloid mingguan Oriental Outlook pada 2003 lalu, pernah melakukan penyelidikan mendalam. Beberapa tahun terakhir ini, seiring dengan semakin banyaknya terungkap kasus pengambilan organ tubuh praktisi Falun Gong dalam keadaan hidup-hidup, badan HAM internasional mencurigai bahwa bahan baku pabrik tersebut kemungkinan berasal dari para praktisi Falun Gong yang disiksa, dan Bo Xilai adalah salah satu dalangnya.

Perusahaan Ilegal yang Diizinkan Bo Xilai

sekaligus Sekretaris Dewan Komite Kota Bo Xilai (baca: po silay, saat ini menjabat walikota sekaligus sekretaris dewan kota Megacity Chongqing).  Pemilik perusahaan bernama Ben Hagens adalah seorang pengikut paham Neo NAZI Jerman. Mengapa perusahaan itu didirikan di RRT, Hagens mengatakan pada wartawan, alasannya sangat sederhana: tenaga kerja yang kompeten, upah buruh yang murah, kebijakan yang mendukung, serta sumber bahan baku yang melimpah.

Yang disebut “sumber bahan baku yang melimpah” oleh Hagens sangat sulit diterima oleh warga maupun media massa: awam mengetahui meskipun di RRT terdapat 1,3 miliar jiwa penduduk, namun karena konsep pikiran yang masih sangat tradisional, dalam pemahaman warga Tiongkok masih menganut konsep mempertahankan jasad seseorang dengan utuh walaupun sudah meninggal dunia, sehingga bisa dikatakan sangat sedikit orang yang bersedia disumbangkan organ tubuh maupun jasadnya.

Mengenai berapa banyak sebenarnya orang yang bersedia menyumbangkan organ tubuh dan jasadnya, angka ini masih belum dapat dibuktikan. Namun dari surat kabar Southern Metropolis Daily yang mengutip pernyataan Ketua Asosiasi Cangkok Organ RRT bernama Chen Shi dapat diketahui sekelumit informasi: Saat ini cangkok organ dalam keadaan hidup di RRT masih belum mencapai 1%, dan semuanya itu berasal dari donor sanak keluarga sendiri, dan operasi cangkok ginjal dengan ginjal hasil donor dari orang lain yang bukan keluarga hampir nol; dan di antara 1,3 miliar jiwa penduduk RRT, hanya ada 17 kasus donor otak mati (tidak disebutkan angka tersebut adalah total setahun atau total keseluruhan).

Darimanakah asal yang disebut sebagai “sumber bahan baku yang melimpah” oleh Hagens, dan siapakah yang memastikan pasokan tersebut. Menghadapi hujatan media massa dan berbagai kalangan, penjelasan perusahaan tersebut mengenai sumber mayat sangat janggal: awalnya disebutkan, spesimen tersebut dipasok oleh Universitas Kedokteran Dalian, yang mengumpulkan mayat yang tidak dikenali; kemudian dikatakan, mayat yang dipamerkan berasal dari sumbangan sukarela; ada juga yang dikatakan bukan berasal dari Dalian, melainkan dari Nanjing. Undang-undang di RRT melarang keras perdagangan mayat, namun  demikian “pabrik mayat” justru “berbisnis lancar” di bawah perlindungan Bo Xilai.

Tidak hanya memiliki sumber bahan baku yang kaya, perusahaan itu juga berkali-kali mengekspor dengan mudah “ratusan spesimen jasad manusia yang direndam formalin”. Hagens berkata pada wartawan, jalur ekspor perusahaan tersebut dapat ditempuh melalui jalur laut dan udara, juga tidak hanya diekspor dari Dalian.

Sementara dari Kantor Pengawasan Sumber Daya Genetik Manusia dan juga dari Departemen Kesehatan, para wartawan mengetahui bahwa hingga saat ini belum ada satu pun perusahaan produsen spesimen tubuh manusia dengan teknologi plastisasi biologi yang mengurus bukti izin ekspor serta “surat izin karantina materi kesehatan ekspor khusus”.

“Yang membuat kami terkejut adalah, mengapa semua perusahaan ini (setelah perusahaan Hagens terbentuk, menyusul banyak perusahaan lain juga terbentuk) dapat beroperasi dengan leluasa diantara Bea Cukai RRT dan Departemen Karantina Ekspor Impor, berdasarkan pada prosedur karantina dan bea cukai manakah mereka bersandar?” Liu Shuang selaku staf Dinas Pengawasan Teknologi Kesehatan dari Departemen Kesehatan pun mengaku sulit untuk percaya.

Sejak November 2003, pemberitaan mendalam oleh tabloid mingguan Oriental Outlook mengenai pabrik mayat di Tiongkok ini telah menarik perhatian para pemimpin di Kementerian Dalam Negeri yang kemudian memberi instruksi, Kemendagri menugaskan Biro Pengawas Mutu dan Karantina Nasional membentuk tim khusus untuk menyelidiki kegiatan ekspor-impor pabrik mayat tersebut, dan mengelompokkan aktivitas ekspor impor bahan baku genetik manusia secara menyeluruh. Namun penyelidikan tersebut pun tidak jelas kelanjutannya. Disini dapat terlihat, di belakang Bo Xilai, Hagens masih memiliki sebuah payung pelindung yang lebih tinggi dan lebih besar lagi.

Sangat Mungkin Mencuri Jasad Praktisi Falun Gong yang Dibunuh

Beberapa tahun terakhir ini, menurut hasil penyelidikan badan HAM internasional dan banyak pengungkapan di situs “minghui.net”: sejak 1999 saat dimulainya penindasan terhadap Falun Gong di RRT, sudah tak terhitung banyaknya praktisi Falun Gong yang divonis kerja paksa, juga terdapat banyak praktisi Falun Gong yang diculik dan raib. Dan justru setelah penindasan itu, jumlah bedah cangkok organ tubuh manusia di RRT pun melonjak drastis. Menurut statistik yang tidak lengkap, hingga saat ini telah dilakukan sebanyak lebih dari 90.000 kali pembedahan transplantasi organ tubuh manusia di RRT yang menggunakan organ tubuh dari sumber yang tidak jelas asal-usulnya.

Badan HAM internasional juga memiliki banyak bukti yang menjelaskan, setelah para praktisi Falun Gong diambil organ tubuhnya dalam keadaan hidup, ada yang jasadnya dibuang ke dalam tungku insinerator, juga ada sebagian yang dicurigai dijual ke pabrik mayat.

Menurut pemberitaan di situs “minghui.net” edisi 9 September 2011 lalu, seorang praktisi Falun Gong perempuan bernama Hao Runjuan asal Kota Guangzhou Distrik Baiyun, akhirnya tewas di Kantor Polisi Baiyun Guangzhou setelah disiksa selama 22 hari. Setelah meninggal dunia, bahkan keluarganya pun tidak tahu menahu tentang keadaannya, mayatnya pun diotopsi (menurut undang-undang, melakukan otopsi terhadap mayat harus ada persetujuan dari sanak keluarga). Saat keluarganya diberitahu untuk mengenali mayatnya, jasad Hao sudah tidak dapat dikenali lagi. Organ tubuhnya pun sudah tidak ada lagi, kulitnya sudah dikelupas, bola matanya pun sudah dicungkil, hanya tersisa seonggok tulang, daging berikut bercak darah yang masih segar.

No comments:

Post a Comment

Kumpulan ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma

Berikut video ceramah ustadz Abdul Somad Lc Ma Semoga menjadi motivasi dan bermanfaat  Hukum membaca Al-Qur'an digital di hp tanpa berwu...