Pabrik pemrosesan mayat di Dalian yang diberi izin pendiriannya oleh Bo Xila selaku walikota Chongqing, sumber mayatnya ilegal.
Pabrik pemrosesan mayat di Dalian yang diberi izin
pendiriannya oleh Bo Xila selaku walikota Chongqing, sumber mayatnya ilegal.
Pabrik bernama Hagens
Biological Plasticizing (Dalian) Company yang disebut pabrik mayat,
karena sering kali mengadakan “pameran spesimen tubuh manusia” di banyak
negara telah memicu kegemparan, di saat yang sama sumber material pabrik
tersebut (tubuh dan organ manusia) yang berasal dari sumber yang tidak jelas
juga menjadikan perusahaan tersebut menjadi topik berita hangat di berbagai
media baik dalam maupun luar negeri.
Reporter tabloid
mingguan Oriental Outlook pada 2003 lalu, pernah melakukan penyelidikan
mendalam. Beberapa tahun terakhir ini, seiring dengan semakin banyaknya
terungkap kasus pengambilan organ tubuh praktisi Falun Gong dalam keadaan
hidup-hidup, badan HAM internasional mencurigai bahwa bahan baku pabrik
tersebut kemungkinan berasal dari para praktisi Falun Gong yang disiksa, dan Bo
Xilai adalah salah satu dalangnya.
Perusahaan
Ilegal yang Diizinkan Bo Xilai
sekaligus Sekretaris Dewan Komite
Kota Bo Xilai (baca: po silay, saat ini menjabat walikota sekaligus sekretaris
dewan kota Megacity Chongqing). Pemilik perusahaan bernama Ben Hagens
adalah seorang pengikut paham Neo NAZI Jerman. Mengapa perusahaan itu didirikan
di RRT, Hagens mengatakan pada wartawan, alasannya sangat sederhana: tenaga
kerja yang kompeten, upah buruh yang murah, kebijakan yang mendukung, serta
sumber bahan baku yang melimpah.
Yang disebut “sumber bahan baku
yang melimpah” oleh Hagens sangat sulit diterima oleh warga maupun media massa:
awam mengetahui meskipun di RRT terdapat 1,3 miliar jiwa penduduk, namun karena
konsep pikiran yang masih sangat tradisional, dalam pemahaman warga Tiongkok
masih menganut konsep mempertahankan jasad seseorang dengan utuh walaupun sudah
meninggal dunia, sehingga bisa dikatakan sangat sedikit orang yang bersedia
disumbangkan organ tubuh maupun jasadnya.
Mengenai berapa banyak sebenarnya
orang yang bersedia menyumbangkan organ tubuh dan jasadnya, angka ini masih
belum dapat dibuktikan. Namun dari surat kabar Southern Metropolis Daily
yang mengutip pernyataan Ketua Asosiasi Cangkok Organ RRT bernama Chen Shi
dapat diketahui sekelumit informasi: Saat ini cangkok organ dalam keadaan hidup
di RRT masih belum mencapai 1%, dan semuanya itu berasal dari donor sanak
keluarga sendiri, dan operasi cangkok ginjal dengan ginjal hasil donor dari
orang lain yang bukan keluarga hampir nol; dan di antara 1,3 miliar jiwa
penduduk RRT, hanya ada 17 kasus donor otak mati (tidak disebutkan angka
tersebut adalah total setahun atau total keseluruhan).
Darimanakah asal yang disebut
sebagai “sumber bahan baku yang melimpah” oleh Hagens, dan siapakah yang
memastikan pasokan tersebut. Menghadapi hujatan media massa dan berbagai
kalangan, penjelasan perusahaan tersebut mengenai sumber mayat sangat janggal:
awalnya disebutkan, spesimen tersebut dipasok oleh Universitas Kedokteran
Dalian, yang mengumpulkan mayat yang tidak dikenali; kemudian dikatakan, mayat
yang dipamerkan berasal dari sumbangan sukarela; ada juga yang dikatakan bukan
berasal dari Dalian, melainkan dari Nanjing. Undang-undang di RRT melarang
keras perdagangan mayat, namun demikian “pabrik mayat” justru “berbisnis
lancar” di bawah perlindungan Bo Xilai.
Tidak hanya memiliki sumber bahan
baku yang kaya, perusahaan itu juga berkali-kali mengekspor dengan mudah
“ratusan spesimen jasad manusia yang direndam formalin”. Hagens berkata pada
wartawan, jalur ekspor perusahaan tersebut dapat ditempuh melalui jalur laut dan
udara, juga tidak hanya diekspor dari Dalian.
Sementara dari Kantor Pengawasan
Sumber Daya Genetik Manusia dan juga dari Departemen Kesehatan, para wartawan
mengetahui bahwa hingga saat ini belum ada satu pun perusahaan produsen
spesimen tubuh manusia dengan teknologi plastisasi biologi yang mengurus bukti
izin ekspor serta “surat izin karantina materi kesehatan ekspor khusus”.
“Yang membuat kami terkejut
adalah, mengapa semua perusahaan ini (setelah perusahaan Hagens terbentuk,
menyusul banyak perusahaan lain juga terbentuk) dapat beroperasi dengan leluasa
diantara Bea Cukai RRT dan Departemen Karantina Ekspor Impor, berdasarkan pada
prosedur karantina dan bea cukai manakah mereka bersandar?” Liu Shuang selaku
staf Dinas Pengawasan Teknologi Kesehatan dari Departemen Kesehatan pun mengaku
sulit untuk percaya.
Sejak November 2003, pemberitaan
mendalam oleh tabloid mingguan Oriental Outlook mengenai pabrik mayat di
Tiongkok ini telah menarik perhatian para pemimpin di Kementerian Dalam Negeri
yang kemudian memberi instruksi, Kemendagri menugaskan Biro Pengawas Mutu dan
Karantina Nasional membentuk tim khusus untuk menyelidiki kegiatan ekspor-impor
pabrik mayat tersebut, dan mengelompokkan aktivitas ekspor impor bahan baku
genetik manusia secara menyeluruh. Namun penyelidikan tersebut pun tidak jelas
kelanjutannya. Disini dapat terlihat, di belakang Bo Xilai, Hagens masih
memiliki sebuah payung pelindung yang lebih tinggi dan lebih besar lagi.
Sangat
Mungkin Mencuri Jasad Praktisi Falun Gong yang Dibunuh
Beberapa tahun terakhir ini,
menurut hasil penyelidikan badan HAM internasional dan banyak pengungkapan di
situs “minghui.net”: sejak 1999 saat dimulainya penindasan terhadap Falun Gong
di RRT, sudah tak terhitung banyaknya praktisi Falun Gong
yang divonis kerja paksa, juga terdapat banyak praktisi Falun Gong yang diculik
dan raib. Dan justru setelah penindasan itu, jumlah bedah cangkok organ tubuh
manusia di RRT pun melonjak drastis. Menurut statistik yang tidak lengkap,
hingga saat ini telah dilakukan sebanyak lebih dari 90.000 kali pembedahan
transplantasi organ tubuh manusia di RRT yang menggunakan organ tubuh dari
sumber yang tidak jelas asal-usulnya.
Badan HAM internasional juga
memiliki banyak bukti yang menjelaskan, setelah para praktisi Falun Gong
diambil organ tubuhnya dalam keadaan hidup, ada yang jasadnya dibuang ke dalam
tungku insinerator, juga ada sebagian yang dicurigai dijual ke pabrik mayat.
No comments:
Post a Comment