Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu. Sebelum anak lahir, makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga begitu anak itu lahir, air susu ibu telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun demikian ada banyak kaum ibu pada saat ini yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan berbagai alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan serta karena waktunya tersita untuk bekerja, maka muncullah gagasan untuk mendirikan Bank ASI untuk memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak bisa menyusui anaknya secara langsung.
Gagasan untuk mendirikan bank ASI ini
sebenarnya telah berkembang di Eropa kira-kira lima puluh tahun yang lalu.
Gagasan itu muncul setelah adanya bank darah. Mereka melakukannya dengan
mengumpulkan ASI dari wanita dan membelinya kemudian ASI tersebut dicampur di
dalam satu tempat untuk menunggu orang yang membeli ASI tersebut dari mereka.
Permasalahan ini cukup menarik untuk dikaji melalui hukum Islam. Pentingnya
melakukan kajian tersebut, karena sebagaimana yang diketahui bahwa dalam Islam
ada istilah yang disebut sebagai saudara sesusu. Apakah bank ASI ini juga
mengakibatkan terjadinya saudara sesusuan, semuanya akan diketahui melalaui
kajian berikut.
Menurut
Ulama Dr. Yusuf Qardawi tidak diragukan lagi bahawa tujuan diadakannya bank air
susu ibu adalah tujuan yang baik dan mulia, yang didukung oleh Islam, untuk
memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya.
Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru dilahirkan yang tidak
mempunyai daya dan kekuatan.
Tidak disangsikan lagi bahawa perempuan yang
menyumbangkan sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini
akan mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan air
susunya itu boleh dibeli darinya, jika ia tidak berkenan menyumbangkannya,
sebagaimana ia diperbolehkan mencari upah dengan menyusui anak orang lain.
Juga tidak diragukan bahawa yayasan yang
bergerak dalam bidang pengumpulan ‘air susu’ itu yang mensterilkan serta
memeliharanya agar dapat dinikmati oleh bayi-bayi atau anak-anak patut
mendapatkan ucapan terima kasih dan mudah-mudahan memperoleh pahala.
Dr. Yusuf Al-Qaradawi membahagi masalah ini
menjadi beberapa kategori, sehingga hukumnya menjadi jelas. Pertama,
menjelaskan pengertian radha’ (penyusuan) yang menjadi acuan syara’ untuk
menetapkan pengharaman. Kedua, menjelaskan kadar susuan yang menjadikan
haramnya perkahwinan. Ketiga, menjelaskan hukum meragukan susuan.
Sedangkan
Menurut Ulama Dr Wahbah al-Zuhayli dalam
Fatawa Mua`sirah (Fatwa-fatwa Semasa), m/k 195, terbitan Dar al-Fikr mewujudkan
institusi bank susu adalah tidak dibolehkan dari segi syarak kerana ianya
mengandungi unsur-unsur kerosakan (mafsadah) dari segi percampuran keturunan
secara tidak Syar’i dan ketidatentuan ibu susuan sekalipun idea ini dikatakan
mempunyai nilai-nilai kemanusiaan terhadap bayi-bayi yang menghidapi
penyakit-penyakit tertentu. Idea ini juga menerbitkan keraguan hukum antara
keharusan dan pengharaman kerana seseorang itu boleh menjadi mahram melalui
penyusuan (radha`) seperti mana menjadi mahram disebabkan keturunan (nasab).
Rujukan :
Rujukan :
-
Qaradhawi, Yusuf al. Fatwa-Fatwa Kontemporer,
cet :1, Jakarta :1995
lafadz haditsnya?
ReplyDelete